Novel besutan Bunda Asamawati ini, diangkat dari kisah perempuan-perempuan yang ada di sekeliling kita. Perempuan-perempuan yang kokoh menantang kejamnya keadaan juga perihnya kesendirian. Perempuan perempuan yang ada namun kerap ditiadakan keberadaannya.
Hamimah, sebagai tokoh utama bergulat meletakkan beban derita hidup orang lain di pundaknya. Sembari membenahi kehidupannya sendiri. Walau kadang terseok, kali lain terjerembab. Namun Hamimah kokoh dengan pilihan juga pemikirannya. Sebuah semangat yang mestinya kita serap juga tularkan.
Hamimah mengajak kita untuk melihat kondisi sekeliling dengan semangat kekeluargaan. Sebab kemiskinan sering kali membuat orang buta, tak hanya mata tapi juga hati. Kondisi ini hanya bisa dibenahi dengan rasa peduli, welas asih.
Walau pada tataran bernegara, kemiskinan adalah tanggung jawab pemerintah. Namun keberadaan orang-orang seperti Hamimah ini merupakan sebuah lapisan dasar yang kuat untuk mengabsorb tanggung jawab yang seharusnya ada di pundak para negarawan.
Bunda Asma, lewat Hamimah mengajak kita bergandengan melihat solusi bukan retorika basa-basi. Bahwa kemiskinan itu menjadi titik pusat berbagai macam persoalan lain belakangan hadir.
Isu seputar perselingkuhan, pelecehan seksual pada anak adalah hal-hal yang teramat dekat dengan dunia perempuan. Yang seringkali menjadi komoditi semusim belaka. Namun, ditangan Hamimah, dengan segala keterbatasannya isu itu dicarikan solusi lantas dimediasi untuk memperbaiki kondisi.
Terlepas kesan kenaifan dari seorang Hamimah sebagai Alter Ego, buku ini sejatinya mampu menjadi media ajar di manapun kapanpun buat kita semua dan para perempuan khususnya untuk membangun karakter pribadi lantas meluas menjadi karakter masyarakat.
Bunda Asma, lewat "Perempuan-Perempuan Yang Melukis Langit" hendak menyampaikan sebuah pesan yang tersirat, bahwa berbagi beban itu penting. Tak hanya kepada teman juga pada orang yang baru dikenal sekalipun.
Sebab kebaikan adalah bahasa universal. Apapun Agamamu, apapun jabatanmu. Kebaikan adalah kebaikan. Dia akan tetap cahaya bahkan di gelap malam sekalipun.
Tunggu Novelku, Bunda
Bersama kita lukis langit dengan perenungan- perenungan panjang di jalan lengang.
Review Oleh:
Ika Dy
Awal Februari 2020
Tabik
KOMENTAR ANDA