Tulisan seorang siswa SMA di Binjai, Molly Aevrille Santana berjudul “Saya Terlambat Sekolah” ramai diperbincankan.
Tulisan yang dikomentari banyak warganet ini diunggah oleh Ibunya Molly di akun Facebook nya Yunee Rangkuty. Unggahan ini bahkan disukai dan dibagikan sebanyak ratusan kali.
Tulisan Molly ini berisikan opininya terhadap sistem pendidikan yang dirasakannya saat ini, yang mana membuatnya tidak nyaman untuk sekolah dan memilih terlambat datang ke sekolah. Karena seringnya Molly terlambat datang ke sekolah, guru Molly memintanya untuk menulis alasannya terlambat ke sekolah di kertas.
“Saya terlambat sekolah karena belum punya rasa semangat untuk hadir di sekolah. Sebab belum ada suatu apa yang saya dapat di sekolah ini selain kejanggalan selama 7 bulan. Kejanggalan seperti guru-guru yang melenggang dengan santai melewati siswa-siswa yang dihukum karena terlambat, guru-guru yang tidak hadir di kelas tanpa kejelasan, pembelajaran yang sama sekali tidak relevan dengan materi dan silabus.” Begitulah sedikit kutipan dalam tulisan Molly.
Kadis Pendidikan Kota Binjai, Sri Ulina Ginting S.Pd mengatakan bahwa ia mengenal Molly dan pernah berdiskusi dengannya. Ulina menyebut bahwa Molly adalah salah satu siswa penggerak Merdeka Belajar seperti yang diinginkan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim.
“Itulah yang dimau pak menteri itu merdeka belajar kalau bisa jangan ada anak-anak yang tertekan seperti itu. Gimana caranya mereka nyaman belajar di sekolah sesuai dengan kemauan mereka dan guru juga jangan tertekan mengajar. Jadi plong gitu mengajar,” katanya kepada Kantor Berita RMOLSumut, Jumat (31/1).
Menurut Ulina tulisan Molly tersebut adalah gambaran pendidikan saat ini. Selain Molly, Ulina mengatakan ada juga satu contoh siswa lain yang juga penggerak merdeka belajar. Ia adalah siswa SMK yang membuka rumahnya menjadi rumah literasi.
“Ia memajangkan buku-buku di situ kemudian ia mengajak adik-adik belajar di rumahnya. Itu adalah salah satu contoh siswa penggerak merdeka belajar. Yang kita perlu cari sekarang guru penggerak merdeka belajar dan kepala sekolah. Kepala sekolah dituntut sebagai manager. Bagaimana ia memajukan sekolahnya itu sehingga sekolahnya diminati dan sekolah itu dirindukan,” paparnya.
Menurut Ulina jika hal ini dilakukan maka tidak ada lagi keterpaksaan anak-anak untuk berangkat sekolah karena terpaksa.
“Karena mereka harus belajar dengan peraturan dan guru yang memaksakan mereka. Yang kita inginkan inilah yang merasa terbelenggu ini dimerdekakan,” ujarnya.
Ulina mengatakan anak-anak harus belajar karena kemauannya. Pihak sekolah harus tau bagaimana caranya membuat anak-anak agar mereka merindukan sekolah, teman-teman, guru-guru bahkan kepala sekolah mereka.
“Inilah yang diinginkan menteri. Jangan ada lagi belenggu seperti yang dituliskan oleh Molly. Jangan ada lagi sekolah itu membuat kaku belajar. Anak-anak harus merdeka,” pungkasnya.
KOMENTAR ANDA