post image
Dewi Mahrani Rangkuty, S.E., M.Si/Medanbagus
KOMENTAR

Desa Pahlawan merupakan salah satu desa di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara sebagai Desa Binaan Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Panca Budi Medan. Melanjutkan Penelitian Dikti berjudul Dampak Penerapan Bantuan Alat Tangkap Pada Nelayan Pesisir Di Desa Pahlawan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara yang telah selesai di 2018 lalu saya dan tim (Lia Nazliana Nasution, S.E., M.Si beserta 2 orang Mahasiswa, Aldi Agustino dan Muhammad Fauzan Pratama) melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) melalui Hibah Internal oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UNPAB dengan judul terkait pada 21 Agustus lalu. Desa Pahlawan memiliki 12 Dusun yakni Dusun Sejarah, Bandar, Lobai Abbas, Wan Ahmad, Amanah, Sejahtera, Nelayan, Nilam, Pabrik, Bogak, Bunga Jumpa dan Dusun Adi Daya. Desa terletak di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara yang berada di daerah pinggir laut dengan 98% masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan dan sebagian besar hanya sebagai buruh laut. Luas Desa Pahlawan 173,79 km2 dengan jumlah penduduk 5.567 yang terdiri dari 1.452 kepala keluarga, dimana 2.649 laki-laki dan 2.918 perempuan, dan 50% tergolong keluarga miskin.

Pemberian Bantuan Pemerintah dalam Bentuk Sarana Penangkapan Ikan Tahun Anggaran 2016 adalah satuan kerja Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan yang didukung oleh tim yang akan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perikanan Tangkap dan Kuasa Pengguna Anggaran (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2016). Bentuk Sarana Penangkapan Ikan di Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun Anggaran 2016 diberikan dalam bentuk barang yang terdiri dari : (1) kapal penangkapan ikan (2) alat penangkapan ikan (3) mesin tanpa kapal perikanan dan (4) alat bantu penangkapan ikan. Adapun bentuk bantuan yang diterima masyarakat kelompok nelayan Desa Pahlawan dalam bentuk mesin tanpa kapal perikanan (3) dan alat bantu penangkapan ikan (4) seperti trawl, cantrang dan atau jala (survei, 2017). Distribusi bantuan hanya dirasakan oleh beberapa kelompok nelayan saja sedangkan desa memiliki 12 kelompok nelayan dimana masing-masing kelompok terdiri atas 10 orang. Fenomenanya, sebahagian besar adalah buruh nelayan dan hanya sebahagian kecil saja yang memang memiliki alat transportasi dan alat penangkapan ikan.

Bentuk fasilitas lain yang telah sampai dan langsung dirasakan oleh nelayan berupa identitas kartu nelayan dan kartu asuransi nelayan per Desember 2016. Melalui fasilitas tersebut nelayan merasa telah dijamin kesejahteraannya oleh pemerintah, hal ini tentu mempengaruhi produktivitas mereka. Modal terbatas dan garis keturunan bermata pencaharian nelayan mengakibatkan keadaan ekonomi keluarga/rumah tangga tidak berubah signifikan sebab pendapatan per hari hanya di bawah rata-rata sehingga belanja konsumsi pun terbatas. Hasil survei dan penelitian tim kami berdasarkan 3 variabel terpilih, jumlah produksi/hasil tangkap sebelum adalah lebih kecil daripada sesudah penerapan bantuan alat tangkap (dalam satuan kilogram), ini membuktikan bahwa bantuan alat tangkap telah meningkatkan produktivitas nelayan melalui jumlah produksi/hasil tangkapnya seperti ikan laut, kerang, udang, teri, kepiting, cumi dan jenis hasil tangkap laut lainnya; jam kerja sebelum adalah lebih besar daripada sesudah penerapan bantuan alat tangkap (dalam satuan jam per hari), dengan adanya bantuan alat tangkap telah memudahkan nelayan dalam efisiensi waktu melaut demi meningkatkan hasil tangkap mereka; dan harga jual sebelum adalah lebih besar daripada sesudah penerapan bantuan alat tangkap (dalam satuan rupiah per kilogram), keadaan ini masih belum menunjukkan perubahan yang signifikan sebab realisasi bantuan alat tangkap baru dirasakan nelayan dalam kurun waktu satu tahun penelitian sejak distribusi bantuan alat tangkap yang dimaksud. Hal lain dapat disebabkan karena perubahan harga yang terjadi TPI (tempat pelelangan ikan) atas permintaan dan penawaran jenis hasil tangkap nelayan di pasar-pasar setempat.

Yang menjadi penting bagi masyarakat kelompok nelayan Desa Pahlawan adalah melalui nelayan dan wanita nelayan harus dan sehingga menjadi tahu bahwa pemberian bantuan oleh pemerintah tentu memiliki tujuan akhir pada kesejahteraan mereka. Menjaga, memelihara dan meningkatkan produktivitas dengan bantuan alat tangkap yang telah didistribusikan.

Edukasi ini dilakukan sebagai bentuk pengabdian pada desa binaan Program Studi Universitas dengan harapan masyarakat kelompok nelayan Desa Pahlawan benar-benar memahami bahwa peningkatan kesejahteraan mereka dapat tercapai apabila mereka semakin meningkatkan jumlah produksi/hasil tangkap, adanya efisiensi waktu jam kerja melaut yang kemudian harga jual di TPI dapat stabil. Tujuan lain daripada kegiatan PKM ini, kami menitipkan Luaran/Publikasi berupa Monograf berjudul ‘Kesejahteraan Nelayan (Studi Kasus: Bantuan Alat Tangkap)’ yang diberikan kepada masing-masing kepala Dusun di Desa Pahlawan sebagai referensi demi meningkatkan literasi masyarakat kelompok nelayan terkait penerapan bantuan alat tangkap oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Tentu yang menjadi harapan, adanya tahapan evaluasi atas program pemerintah melalui KKP ini demi tercapainya sasaran kebijakan pemerintah atas dasar kesejahteraan nelayan dalam negeri yang ditunjukkan melalui peningkatan pendapatan per kepala rumah tangga nelayan sehingga kemudian mempengaruhi belanja konsumsi pendidikan maupun asuransi kesehatan mereka.

Oleh : Dewi Mahrani Rangkuty, S.E., M.Si (Dosen Prodi EP UNPAB Medan)

Menghilangnya Karakter Kebangsaan pada Generasi Z

Sebelumnya

Hilangnya Jati Diri Seorang Siswa

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Opini