post image
Drs. Yance, M.Si/medanbagus
KOMENTAR

Kota Medan sejak awal berdiri merupakan kota yang kosmopolitan. Keberhasilan Jacob Nienhuys melakukan eksperimen menanam tembakau yang terkenal ke seantero dunia yakni Tembakau Deli membuat berbagai negara berminat untuk mendapatkan konsesi. Demikian disampaikan pengamat lingkungan Universitas Sumatera Utara, Drs Yance Msi dalam kegiatan Social Infinity Meetup Redaksi RMOLSumut dan medanbagus di Kantor Redaksi, Komplek Tempua Residence, Medan Sunggal, (Sabtu (6/7).

Beberapa negara yang minta konsesi tersebut menurutnya yakni Polandia yang mendapat konsesi di kawasan Polonia. Kemudian Amerika dari negara bagian Virginia yang mendapat konsesi di Marelan (Maryland), Swiss minta konsesi dan mendapatkannya di kawasan yang diberi nama sesuai nama suku utama di Swiss yakni suku Helvetia.

Kemudian Tamil minta konsesi dan mendapatkannya di kawasan Kampung Mardas, China meminta konsesi dan mendapatkannya di Kota Cina. Sedangkan orang Eropa mendapatkan mendapatkan wilayah utama (gemeenteraad) yakni di kawasan Jalan Sudirman Medan saat ini.

"Dulunya tempat orang eropa itu mulai dari Jalan Iskandar Muda ujung hingga Jalan Juanda sebelum sungai. Kemudian dari kawasan Polonia hingga jalan Maulana Lubis," katanya.

Masuknya semua bangsa di Kota Medan ini menurut Yance turut memberikan kontribusi besar dalam perkembangan kota. Orang-orang Tamil memiliki peran besar dalam pembuatan jalan, orang-orang China berperan dalam hal finansial dan Belanda berperan dalam rekayasa teknik dan juga modal.

"Dari awal Medan didesain menjadi kota yang sangat nyaman yang disahkan dengan akta notaris, dari sekian banyak kota di dunia hanya Medan yang disahkan dengan akta seperti itu, dengan walikota pertamanya dari kalangan profesional Daniel baron Mackay. Walikota yang memang karirnya hanya menjadi walikota, sukses dari Kota A, pindah ke kota B begitu seterusnya, bahkan dia kembali ke Belanda juga jadi walikota disana," ujarnya.

Kembali soal desain, Kota Medan menurut Yance didesain sangat nyaman dan tidak banjir. Hal ini benar-benar dapat terwujud karena pemerintah waktu itu dan masyarakat sangat taat aturan. Kawasan pemukiman misalnya di kawasan Jalan Sudirman didesain dengan fasilitas pipa gas, jaringan telepon hingga sistem perpipaan yang terhubung ke gorong-gorong besar yang tidak akan membuat banjir.

"Sayangnya setelah merdeka, kawasan tersebut beralih kepada petinggi-petinggi militer waktu itu, dan mulailah dari situ berubah hingga sekarang. Ada yang berubah menjadi restoran, bank dan jari pusat bisnis. Sistem perpipaan tidak terawat hingga menimbulkan banjir," ungkapnya.

Jadi kata Yance, salah satu persoalan utama yang memicu masalah di Medan seperti banjir hingga macet adalah persoalan kepatuhan terhadap aturan. Ia mencontohkan, tempat yang didesain menjadi kawasan pemukiman dulu yakni kawasan Jalan Iskandar Muda. Jalan yang menghubungkan Jalan Gatot Subroto ke Jalan Jamin Ginting tersebut merupakan kawasan pemukiman yang tidak boleh menjadi pusat bisnis waktu itu. Satu-satunya aktifitas bisnis disana yang diperbolehkan hanya pasar Pringgan. Tapi faktanya sekarang, seluruh kawasan tersebut menjadi pusat bisnis.

"Kenapa itu bisa berubah, karena pemerintah tidak konsisten. Efeknya inilah yang terjadi saat ini. Jadi persoalan pertama di Medan ini adalah kepatuhan pemerintah terhadap aturan," pungkasnya. [dar]

PHBS Sejak Dini, USU Berdayakan Siswa Bustan Tsamrotul Qolbis

Sebelumnya

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NELAYAN (KPPI) DALAM MENGATASI STUNTING DAN MODIFIKASI MAKANAN POMPOM BAKSO IKAN DAUN KELOR DI KELURAHAN BAGAN DELI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa