Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) bersama dengan Qualcomm Technology, Inc. membahas kesiapan menyambut kedatangan teknologi jaringan seluler generasi kelima (5G) dari berbagai kesiapan.
Menurut Ketua Umum Mastel, Kristiono, setidaknya bukan hanya pengguna dan pasar yang dapat mengambil keuntungan serta melihat peluang-peluang jaringan berbasis 5G dalam ekonomi global.
"Pemerintah bersama seluruh stakeholder, bersama-sama dapat melihat peluang apa yang bisa diambil oleh Indonesia dalam era 5G. Industri perangkat dan talent yang ada di Indonesia juga harus memetik keuntungan dari teknologi ini," ujarnya saat memberi sambutan diskusi di Mercantile Athletic Club, Jakarta, Selasa (15/8).
Sementara itu, Senior Director and Head of Government Affairs, SEA, Taiwan, and pacific, Qualcomm Technology Internasional, Julie G. Welch, mengatakan, inovasi-inovasi teknologi perusahaannya telah menjadi pondasi bagi standar 5G NR.
"Percepatan komersialisasi 5G NR secara global menjanjikan tingkat kapabilitas dan efisiensi baru yang mampu memberikan kecepatan layaknya jaringan fiber, latensi yang sangat rendah. Pengalaman pengguna yang konsisten dan juga paket data lebih murah," ujarnya.
Jaringan 5G ini seyogyanya bakal diuji coba berskala besar pada tahun 2019, lebih cepat dari perkiraan awal yang dijadwalkan pada tahun 2020. Pada dasarnya 5G sendiri, merupakan jaringan yang dapat menggunakan seluruh band sepektrum.
Mulai dari band rendah seperti 1GHz, Band sedang disekitar 1GHz hingga 6GHz. Hingga band tertinggi diatas 24 GHz. Selain itu, teknologi ini juga mampu bekerja di seluruh spektrum, baik berbayar (unlicensed), berbagi (shared), maupun tidak berbayar.
Saat ini, ada beberapa negara telah mengumumkan untuk melakukan uji coba 5G termasuk Jepang, Korea, Tiongkok, Eropa dan Amerika.[krm/rmol]
KOMENTAR ANDA