Perhimpunan Hotel Dan Restoran Indonesia (PHRI)
Sumatera Utara diundang memberi masukan kepada Pansus (panitia khusus)
DPRD Sumut yang membahas Ranperda Rencana Induk Kepariwisataan Daerah
2016-2025.
Ketua Pansus Ranperda Pembangunan Kepariwisataan Sumut
Aripay Tambunan didapingi Wakil Ketua Pansus Anhar A Monel, Selasa
(11/4), di ruang Komisi B DPRD Sumut mengungkapkan Ranperda yang mereka
susun memerlukan banyak masukan dari para stakeholders.
Hadir
juga di situ anggota Pansus DPRD Sumut Heny Riany Lucia Berutu, Patar
Sitompul, Wasner Sianturi, Satrya Yudha Wibowo. Sementara
dari
stakeholder Ketua PHRI Sumut Denny S Wardhana, Ketua Asita Sumut
Solahuddin Nasution, mewakili Himpunan Pramusaji Indonesia (HPI)
dan mewakili Kadin Sumut.
Denny
S Wardhana menegaskan sebenarnya masukan dari stakeholder dan pelaku
industri pariwisata terhadap Ranperda sangat penting.
"Karena
sebenarnya kalau kita cermati ada banyak hal yang harus diperhatikan.
Misalnya pola sinergitas antara pemerintah daerah dan pelaku industri
pariwisata," katanya.
"Kalau kami di PHRI sekarang sangat fokus
membenahi kualitas sumberdaya manusia melalui sertifikasi pekerja hotel
dan restoran. Hanya saja kita melihat keinginan untuk sama-sama
memajukan industri pariwisata di Sumut masih kurang," ujarnya.
Saat Aripay Tambunan menanyakan apa saja masukan terhadap Ranperda Kepariwisataan Sumut? Denny menjawab tentu pada bagaimana
penguatan
infrastruktur industri pariwisata, meningkatkan daya saing lalu
mendorong kompetensi pelaku usaha dan pekerja agar setara dengan level
ASEAN.
"Satu lagi kita sebagai pelaku industri ingin lebih banyak
dilibatkan dalam mendorong sektor ini lebih maju. Kalau kita lihat
Ranperda yang
disiapkan sudah ada agenda jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang," jelasnya.
Tapi
begitupun membangun destinasi pariwisata daerah (DPD) dan kawasan
strategi pariwisata daerah (KSPD) seperti dimaksud Ranperda tentu harus
mendapat dukungan dari semua Pemkab dan Pemko.
"Kita ingin semua daerah berkembang menjadi destinasi wisata. Namun
harus ada kajian khusus tentang potensi masing-masing wilayah," pungkasnya.
Itulah
perlunya koordinasi dengan semua pemangku kepentingan karena sebenarnya
dengan mengundang para stakeholder akan muncul kekuatan secara
bersama-sama membangun pariwisasta Sumut.
Sedangkan Solahuddin Nasution, ketua Asita Sumut, menegaskan ada banyak kendala dalam pengembangan pariwisata Sumut.
"Kalau
ditanya kami bagaimana mendorong industri ini harus maju ya kami
lakukan dengan cara sendiri walaupun misalnya tidak ada dukungan dari
pemerintah daerah. Kenapa? Karena di sinilah hidup dan mati kami. Yang
lain tidak serius, tidak peduli ya kami harus tetap peduli. Kenapa?
Karena kami menggantungkan hidup di sini," jelasnya.
Dia mengatakan pengembangan daerah wisata masih menyisakan banyak masalah.
"Keberpihakan
pemerintah daerah dalam mendorong pariwisata Sumut masih harus
dipertanyakan. Terutama instansi dan SKPD yang membidangi ini. kita tahu
sendirilah bagaimana kondisinya," kata dia.
Solahuddin berharap
pertemuan dengan pemangku kepentingan perlu ditingkatkan. Tujuannya agar
industri pariwisata Sumut kian berkembang.
"Pusat sudah sangat
serius memperhatikan Sumut. Tinggal kita ini mau membawa kemana. Apalagi
nanti jika sudah ada jalan tol atau kereta api menuju Danau Toba,"
tuturnya.
Aripay Tambunan, ketua Pansus, menyatakan menampung semua masukan dari PHRI, Asita, HPI dan Kadin Sumut.
"Bahkan
sebelum pertemuan ini kita sudah bertemu dengan Badan Otorita Danau
Toba. Tentu ingin menampung semua masukan agar Perda pariwisata Sumut
final," sebutnya.
Bahkan sebelum difinalisasi pun Aripay
menegaskan masih ingin membahasnya secara bersama-sama dengan pelaku
usaha pariwisata.
Apalagi, kata dia, indikator sasaran
pembangunan kepariwisataan daerah ini adalah untuk menaikkan kunjungan
wisata baik itu wisatawan nusantara dan mancanegara.
"Wisatawan
nusantara misalnya kita targetkan di indikator dari 11, 2 Juta pada 2016
menjadi 13,8 Juta di 2020 dan 15 juta pada 2025.
Kemudian,
wisatawan mancanegara pada 2016 baru 363.357 menjadi 1.000.000 kunjungan
pada 2020 dan 1.500.000 di 2025. "Lama kunjungan wisman dari 2,18 hari
di 2016 menjadi 2,5 hari pada 2020 dan 2,75 hari pada 2025," jelasnya.
"Satu
lagi, menurutnya, kontribusi sektor kepariwisataan terhadap PDRB akan
meningkat dari 2,3 persen pada 2016 menjadi 2,5 persen pada 2020 dan 3
persen pada 2025. "Jadi kita harus bersinergi. Berusaha membangun
kepariwisataan Sumut secara bersama-sama. Dan perda yang kita susun
menjadi acuannya," kata dia.[rgu]
KOMENTAR ANDA