RMOLSumut. Cairan rokok elektrik atau liquid vape kerap dianggap sebagai langkah awal untuk berhenti merokok tembakau. Namun, konten rokok elektrik yang berupa cairan (liquid), mulai disalahgunakan dengan menggunakan kandungan narkoba jenis ganja (cannabis sativa).
"Benar. Nanti siang akan segera kita (polisi) umumkan," ujar Kasubbag Humas Polrestro Jaksel, Komisaris Purwanta kepada wartawan, Selasa (21/3).
Dalam pengungkapan kasus tersebut, polisi menyita beberapa botol liquid isi ulang rokok elektrik yang mengandung ganja.
Meski demikian, Purwanta belum bersedia menyebutkan terkait penangkapan terhadap seseorang dalam pengungkapan kasus tersebut.
Begitu juga dengan jumlah barang bukti yang disita oleh penyidik Satresnarkoba Polrestro Jaksel.
"Nanti Kasat Narkoba yang akan menjelaskan," kilahnya.
Seperti diketahui, penggunaan rokok elektrik masih menjadi pro dan kontra di kalangan para pakar dan peneliti.
Menurut salah satu dokter di Jakarta Devika Yuldharia, hasil penelitian menunjukkan 60 persen orang yang ingin berhenti merokok diprediksi akan melancarkan upayanya jika mereka beralih menggunakan rokok elektrik.
"Anda harus tetap hati-hati dengan rokok elektrik karena status keamanannya terutama untuk jangka panjang masih belum diketahui," pesan dokter lulusan fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret itu.
Namun, penelitian lain menunjukkan rokok elektrik tidak mampu menolong perokok mengatasi kecanduan merokok jika penelitian dilakukan terhadap kelompok perokok secara umum.
World Health Organization (WHO) juga telah menganjurkan produsen rokok elektrik untuk tidak mengklaim produknya sebagai alat bantu berhenti merokok. Mengingat, belum ada ada bukti ilmiah kuat yang mendukung hal tersebut.
Berdasarkan data WHO, uap rokok elektrik mengandung zat kimia berbahaya yang dapat menimbulkan polusi udara.
Sedangkan data dari BPOM menyebutkan, rokok elektrik mengandung nikotin cair dan bahan pelarut propilen glikol, dieter glikol, dan gliserin. Jika semua bahan itu dipanaskan akan menghasilkan senyawa nitrosamine yang dapat menyebabkan kanker.
"Beberapa penelitian menemukan bahwa rokok elektrik dapat memicu inflamasi dalam tubuh, infeksi paru-paru dan meningkatkan risiko asma, stroke serta penyakit jantung. Oleh sebab itu, sebaiknya anda mengurangi merokok. Baik itu rokok tembakau ataupun rokok elektrik," imbau Devika. [zul]
KOMENTAR ANDA