Anggota Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Pusat Brigjen Pol (Purn) Dr. Anton Tabah Digdoyo mengaku sudah cukup lama mengikuti jalan pikiran pendiri Maarif Institute Prof. A. Syafii Maarif terhadap Islam.
"Tidak itu saja, dia (Syafii Maarif) juga telah menafsirkan Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 62 dengan pikirannya sendiri, sehingga dia bilang semua agama benar dan semua manusia akan masuk surga," kata Anton, Jumat (17/3).
Komentar Anton ini sebenarnya untuk menanggapi pernyataan Syafii Maarif, beberapa waktu lalu di sebuah stasiun televisi, yang menyalahkan umat Islam karena telah menggunakan agama sebagai alat politik. Bahkan membiadab-biadabkan orang-orang yang menjadikan agama sebagai instrumen di Pilkada DKI Jakarta.
Kembali kepada tafsir Al-Baqarah 62 oleh Syafii Maarif, Anton menjelaskan, tafsirnya oleh Nabi Muhammad SAW tidak begitu.
Menafsirkan Al-Quran dilarang dengan pikiran atau pendapat sendiri. Menafsirkan Al-Quran harus merujuk pada tafsir atau penjelasan Nabi atau para sahabat Nabi, karena mereka lah yang hidup di zaman Nabi, yang menyaksikan langsung apapun yang diperbuat Nabi.
"Dalam hal ini Nabi bersabda, 'barang siapa menafsirkan Al-Quran dengan pikiran atau pendapatnya sendiri tanpa merujuk penjelasanku, maka telah disiapkan tempatnya di neraka', dari banyak hadits," ungkap Anton.
Menurutnya, tafsir Al-Baqarah 62 sudah sangat jelas di dalam hadits Muslim (juz 1 halaman 93 dan 134), hadits Ahmad (juz 13 halaman 522, juz 14 halaman 361, dan juz 22 halaman 468), juga di Tafsir Ibnu Katsir (2/284 + 285), Tafsir Zadul Masir (1/74), Tafsir Al-Qurtubi, Tafsir Al-Jalalain dan lain-lain.
"Semua merujuk ke Al-Quran, surat Ali Imron ayat 19 dan 85, surat Al-Kafirun ayat 1-6, surat Al-Maidah ayat 3 dan sebagainaya, bahkan sabda Nabi ketika menjelaskan surat Al-Baqarah 62 sangat tegas, 'andai saja Nabi Musa masih hidup di era kenabianku, Musa pun harus ikut syariat agama yang ku sampaikan' (Hr. Muslim dan Ahmad)," ujar Anton.
Untuk itu, jelas Anton, jangankan menafsirkan Al-Quran yang datang dari Allah SWT. Menafsirkan UU yang buatan manusia saja dilarang dengan pikiran dan pendapat masing-masing.
"Coba renungkan kalau UU ditafsirkan masing-masing orang, akan kacau lah masyarakat. Karena itu tafsirkan UU juga ada akidahnya minimal mengacu tiga hal yaitu konsideran, batang tubuh, dan penjelasannya. Apalagi Islam, dalam menafsirkan Al-Quran harus dengan hadits. Itulah makna sabda Nabi SAW yang dengan masyhur tentang dua kitab yang akan menyelamatkn kita abadi dunia dan akhirat," paparnya.
Terakhir, ia mengajak semua pihak untuk mendoakan agar Syafii Maarif tidak terjebak ke liberal yang menafsirkan Al-Quran (Islam) semau pikiran dan pendapatnya sendiri, karena itu menyesatkan Islam sebagai agama paripurna ajarannya sangat kiomplit detil.
"Termasuk memilih pemimpin di wilayah mayoritas muslim harus memilih yang muslim, itu perintah Allah SWT, itu bukan SARA dan bukan intolerans. Tapi perintah Allah dengan berpuluh-puluh ayat dalam Al-Quran," tukas Anton.[rgu/rmol]
KOMENTAR ANDA