Wakil Presiden Filipina Leni Robredo berani berseberangan dengan Presiden Rodrigo Duterte soal kebijakan perang melawan narkoba.
Robredo mengecam perang melawan narkoba yang diperintahkan Duterte. Dalam pesan video untuk pertemuan PBB di Austria hari ini, Robredo meminta adanya pengawasan internasional atas perang kontroversial Duterte yang telah menewaskan ribuan orang itu.
"Sebagian dari mereka mengatakan pada kami bahwa ketika ada kejahatan, mereka biasanya pergi ke polisi. Sekarang, mereka tidak tahu harus ke mana," ujar Robredo menjelang pemutaran videonya untuk membahas pembunuhan di luar hukum.
"Rakyat kami merasa putus asa dan tak berdaya: keadaan pikiran yang kita semua harus tanggapi dengan serius," imbuhnya.
Dalam pesan videonya, Robredo juga mengatakan, jika polisi tidak bisa menemukan tersangka narkoba, maka polisi akan menahan salah satu kerabat keluarganya.
Perbedaan pandangan antara presiden dan wapres bisa terjadi di Filipina karena pemilihan mereka terpisah. Presiden dan wakil presiden dipilih melalui pemilu berbeda, sehingga Robredo bukanlah pasangan wakil presiden yang diusung Duterte kala itu. Robredo berasal dari partai rival Duterte.
Robredo berselisih dengan Duterte terkait sejumah kebijakannya. Perempuan tangguh itu selama ini vokal mengkritik presiden, termasuk soal sejumlah komentar Duterte yang "tidak benar" terkait penampilan dan kehidupan pribadinya.
Namun bekas pengacara dan aktivis sosial itu tetap bertahan di kabinet adalah karena meyakini bahwa membantu warga miskin merupakan satu hal yang menjadi tujuan bersama antara dia dan Duterte.
Duterte memenangi pemilihan presiden tahun lalu setelah menjanjikan pemberantasan narkoba. Sejak Duterte dilantik menjadi presiden pada akhir Juni 2016 lalu, kepolisian telah menewaskan 2.500 orang dalam operasi-operasi antinarkoba, sedangkan sekitar 4.500 orang lainnya tewas dalam keadaan yang tak bisa dijelaskan.[rgu]
KOMENTAR ANDA