post image
KOMENTAR
Kemewahan sepertinya akan mewarnai kehadiran Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud ke Indonesia, pekan depan. Selain bawa rombongan yang jumlahnya ribuan, perabot mewah sang raja juga ikutan dibawa. Tapi sayang, di balik kemewahan itu, Raja Arab punya janji yang belum terlunasi yakni menyantuni korban yang tertimpa crane di Mekah. Hingga kini belum jelas.

Satu per satu perabotan khusus Raja Salman mulai berdatangan ke Tanah Air sejak Selasa (21/2). Yang paling mencolok adalah eskalator pribadi untuk turun pesawat yang menjadi barang wajib sang raja saat melakoni kunjungan kenegaraan. Tangga otomatis itu dikirim dua sekaligus ke Bandara Halim Perdanakusuma dan Bandara Ngurah Rai Denpasar, Bali. Dua daerah ini menjadi spot safari Raja Salman selama sembilan hari (1-9 Maret) di Indonesia. Rencananya, Raja Salman akan memboyong sekitar 1.500 orang termasuk 10 menteri dan 25 pangeran. Rombongan ini sudah dicicil sedari kemarin. Lebih dahulu, barang-barang mewah keperluan sang Raja.

Selain eskalator pribadi, mobil beserta alat pengamanan raja dikabarkan sudah tiba.

Kemewahan juga nampak dengan tercatatnya 29 penerbangan guna mengangkut penumpang dan kargo untuk kedatangan bersejarah ini. Delegasi Raja Salman akan tiba 28 Februari 2017, sedangkan Sang Raja akan tiba 1 Maret 2017. Raja Salman akan dijemput langsung oleh Presiden Jokowi di bandara. Hal yang sama pernah dilakukan Raja Salman ketika Jokowi berkunjung ke Saudi September 2015. Dia bahkan menjemput Jokowi sampai ke depan pintu Pesawat Kepresidenan di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, meski tengah terjadi angin kencang disertai pasir.

Nah, dibalik kemewahan itu, ternyata Raja Salman memiliki janji yang belum terbayar yakni menyantuni para korban jatuhnya crane yang hingga sekarang masih tak jelas.

Seperti diketahui, alat crane di Masjidil Haram jatuh dan menimpa ratusan jamaah haji. Sebanyak 107 orang meninggal dunia dan 238 orang cidera. Dari jumlah itu, sebanyak 12 jamaah haji asal Indonesia meninggal dan 49 orang luka-luka. Terkait insiden itu, Raja Arab menjanjikan santunan sebesar satu juta riyal atau setara Rp 3,8 miliar untuk korban meninggal dan 500 ribu riyal untuk korban luka-luka. Dia juga menjanjikan memberangkatkan haji gratis bagi keluarga korban. Namun, sudah setahun lebih berlalu janji ini belum juga terlaksana.

Nah, apakah kehadiran Raja Salman nanti akan ada dialog tentang penagihan janji korban crane? Sepertinya tidak. Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir atau biasa disapa Tata, menjelaskan komunikasi kedua negara akan fokus pada bidang ekonomi. "Pertemuan ini akan membahas kerja sama antara Indonesia dan Arab Saudi di luar konteks haji dan tenaga kerja seperti kerja sama perdagangan dan investasi," jelas Tata, saat juma pers di Kemenlu, kemarin.

"Arab Saudi juga melirik kerja sama tidak hanya di bidang energi saja, tetapi juga pembangunan infrastruktur seperti pembangunan jalan, penyediaan air bersih dan perumahan," tambahnya.

Bentuk kerja sama ini yang akan terus dikembangkan kedua negara dan terus menjadi perhatian Indonesia. Selain itu, di kesempatan sama akan lima MoU yang sudah disepakati kedua negara yang akan dipertimbangkan untuk ditandatangani. "Ada lima MoU yakni kerja sama budaya, kesehatan, Islam dan wakaf khususnya dalam rangka promosi Islam moderat melalui dakwah dan pertukaran ulama, pelayanan udara khususnya dalam rangka peningkatan jumlah penerbangan, dan terakhir perjanjian pemberantasan kejahatan. Ada juga MoU lain yang sudah dalam proses finalisasi," ujarnya.

Wakil Ketua Komisi VIII DPR Deding Ishak mengatakan, kunjungan ini sangat bermakna sebagai bukti penghargaan Raja Salman terhadap Presiden Jokowi dan umat Islam indonesia. "Ya kita berharap selain meningkatkan hubungan bilateral di berbagai bidang termasuk realisasi santunan untuk korban crane yang sudah menjadi perhatian dari Raja Salman," kata Deding kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.

Pengamat Hukum Internasional dari Unpad, Teuku Rezasyah menyayangkan persoalan konsekuensi korban crane perlu dibahas pada pertemuan nanti. Menurut dia, pemerintah punya tanggung jawab moral untuk menagih utang itu. "Sayang sekali kalau tidak ditagih," ujar Reza. Sebenarnya, pemerintah dapat menggunakan cara yang baik untuk menagih kewajiban Raja. Tentunya, dengan cara diplomasi halus dengan nada tidak menyudutkan Saudi.

Salah satunya, Kemenag perlu mengajak tokoh-tokoh muslim, seperti dari MUI, atau dari ormas NU dan Muhammadiyah atau tokoh yang dekat dengan pemerintahan Arab. Pemerintah juga perlu menjelaskan bahwa ketiadaan santunan itu berdampak buruk pada keluarga korban. Seperti anak yang terlantar karena tiadanya biaya pendidikan dan lain sebagainya. ***

LPM dan FKM USU Gelar Edukasi Kesahatan dan Pemberian Paket Covid 19

Sebelumnya

Akhyar: Pagi Tadi Satu Orang Meninggal Lagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel