Perseteruan antara penarik becak bermotor (betor) dengan angkutan ojek berbasis online seperti Gojek ikut menyita perhatian para netizen di Kota Medan. Tidak sedikit yang membela keberadaan Gojek karena dianggap memberikan pelayanan lebih baik kepada penumpang dibandingkan dengan layanan yang diberikan oleh penarik betor.
Pembelaan ini menghiasi berbagai status media sosial para netizen di Medan.
"Kehadiran gojek, grab, taksi online harusnya jadi pelajaran bagi jasa transportasi lainnya seperti, becak bermotor dan angkutan kota. Kalau kehadiran mereka lebih disukai kebanyakan orang, itu artinya inovasi yg mereka buat berhasil. Nah, bagi becak dan angkot yang memang gak bisa berinovasi seperti mereka. Ya, sebaiknya abang-abang becak dan abang supir angkot memperbaiki layanannya. Ramahlah dan bertutur kata yang baik kepada penumpang. Jangan menentukan tarif sesuka hatinya, jangan sombong dan jangan kreak dijalanan. Sehingga, betor benar-benar jadi ikon kota medan yang tidak memalukan..," tulis Eko Agustyo Fitri Brahmawati pada akun facebooknya.
Tulisan ini mendapat tanggapan beragam dari puluhan netizen lainnya. Mereka bahkan mengkritik perilaku para penarik becak yang terkesan sesuka hati dalam menentukan tarif sehingga membuat masyarakat enggan menggunakan jasa angkutannya.
"Dan jgn seenaknya aja pasang tarif, apalg sama pendatang/turis. Kesempatan, cmana mau dicintai masyarakat," ditulis pemilik akun Dina Din.
Sebagian netizen juga menuliskan pengalaman mereka yang kurang menyenangkan saat menggunakan transportasi betor.
"Aku punya pengalaman soal betor ini. Waktu itu isteri ngantar mertua ke full bus aceh di jln Ringroad. Naik dari HM Yamin. Seharusnya bisa terus aja sampai jalan Gatsu. Tapi ia berbelok ke jalan Thamrin..waktu ditanya abg betor bilang biar lebih dekat. Taunya sampai simp Kampus USU. Dipikir akan belok ke jln Dr Mansur taunya lurus aja arah Jamin Ginting. Waktu isteri makin curiga..dann menelponku. Abg beca diminta masuk ke Dr Mansur. Lalu aku menyusulnya. Kini Gojek dirasa aman oleh masyarakat..," tulis pemilik akun Muhammad Hidayat.
Bukan hanya persoalan tarif dan pelayanan tidak nyaman yang dikritik oleh para netizen terhadap para penarik becak. Banyaknya kasus jambret dengan korban penumpang becak bahkan membuat para netizen beranggapan hal tersebut bahkan melibatkan penarik becak.
"Becak pun parah sekarang ko, kerjasama sama rampok. Minggu lalu bou kk dirampok dibecak. Jadi begitu naik becak, tukang becak langsung telpnan, trus ngajak bou kakak cerita terus kayak buat dia lengah, gak lama datang laki2 naik kereta narik2 tas bou, bou teriak2 jambret, tukang becak diam aja, malah makin dilambatkan becaknya. Iiiisshh ngeri kali laahh, tak mau lg kami naik becak. Naik grab, murah, nyaman, amaaann," tulis pemilik akun Ratna Gultom.
Banyaknya kritik netizen yang menginginkan perbaikan layanan ini ditanggapi oleh beberapa netizen lain yang berharap perubahan dan perbaikan layanan mereka melibatkan peran Pemerintah Kota Medan.
"Bener setuju (berinovasi) tetapi dgn pembinaan dari pemerintah lokal untuk membangun inovasi mereka," sebut Ferinal Deni Syahputra.
Diketahui perseteruan antara penarik betor dengan pengemudi gojek memuncak hari ini. Dua kelompok tersebut bahkan terlibat bentrok di Jalan Stasiun Kereta Api Medan hingga membuat puluhan personil kepolisian turun tangan melerai.[rgu]
KOMENTAR ANDA