Banyak pihak yang menyimpulkan penyebaran isu SARA di tengah-tengah pilkada merupakan biaya politik yang termurah alias low cost politics.
Penyebaran isu SARA tidak perlu banyak mengeluarkan uang atau materi. Cukup dipantik sedikit dan kemudian penyebarannya begitu cepat dan massif.
Namun demikian, menurut pengamat politik Gun Gun Heryanto justru penyebaran isu SARA memiliki konsekuensi biaya politik yang mahal alias high cost politcs, terutama dalam efek sosial yang ditimbulkannya.
"Ini memang tidak perlu akses materil dalam penyebaran isu SARA dalam pilkada. Tapi hati-hati ini konflik non realistic yang proses penyembuhannya lama sekali. Ini justru mahal," kata Gun Gun saat launcing aplikasi RameID di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (11/2).
Dosen UIN Jakarta ini pun membaca isu SARA akan terus dimainkan tidak hanya pada Pilkada Serentak Tahun 2017 ini. Namun akan ada selalu pihakj yang menggoda dengan isu SARA sampai pada pemilu presiden 2019 mendatang.
"Isu SARA akan ada selalu yang memainkan dan tergoda bisa sampai pilpres 2019. Akan ada narasi yang simbolik lagi seperti yang sudah terbentuk sekarang. Misalnya imam besar, 212 atau personifikasi pada satu sosok yang menjadikannya figur sentral dalam poitik agar jadi patron. Salah satu solusinya mereka jangan diberi panggung lagi. Kalau tidak efek bahayanya jangka panjang," demikian Gun Gun. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA