post image
KOMENTAR
TNI Angkatan Udara (AU) mengundang wartawan untuk melihat Helikopter Agusta Westland (AW) 101 yang jadi polemik tersebut dari dekat. Disebut jadi polemik lantaran pengadaan heli seharga lebih dari Rp 752 miliar itu tanpa sepengatahuan Menhan Ryamizard Ryacudu dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.

Bagaimana penampakan heli tersebut? Kemarin, Pusat Penerangan Mabes TNI AU mengundang wartawan untuk mengambil foto dan gambar heli tersebut. Hanya saja banyak syaratnya. Pertama, tak ada wawancara. Selain itu, hanya empat wartawan yang diizinkan meliput. Waktunya pun dibatasi. Hanya sepuluh menit saja. Kontan saja, belasan wartawan yang sudah menunggu di pintu gerbang Lanud Halim Perdanakusuma menghela napas panjang. Soal alasan pembatasan wartawan yang meliput, petugas yang menerima dan kemudian mengantar wartawan ke lokasi hanya menjawab singkat dan tegas. "Sesuai perintah atasan," katanya.

Setelah awak media yang hadir berembuk, akhirnya empat wartawan yang ke lokasi. Dua juru foto dan dua juru kamera. Heli itu diparkir di hanggar Skuadron Teknik 021, Lanud Halim. Jarak dari gerbang ke hanggar lumayan jauh, perlu beberapa menit dengan menumpang mobil. Di dalam hanggar, ada dua pesawat. Heli terparkir tak jauh dari sebuah pesawat terbang milik TNI AU. Dari kejauhan tampak heli itu masih kinclong. Mengkilap. Ada satu pintu penumpang berada di sebelah kiri dan di bagian belakang terdapat ramp door untuk memudahkan pengangkutan barang. Di ekornya ada tulisan TNI AU dan tertera logo bendera merah-putih. Di sisi kiri-kanan heli itu ada semacam tangga scafolding setinggi baling-baling utama. Mungkin untuk memudahkan petugas mengecek fisik di bagian atas.

Sayangnya, bagian dalam heli tersebut tak bisa dilihat. Soalnya, wartawan yang mengambil gambar tak diizinkan mendekat. Ada semacam garis polisi warna kuning mengelilingi pesawat tersebut. Pita warna kuning juga melilit heli dari kepala hingga ekor. Petugas berseragam TNI AU beberapa kali memperingatkan jika pengambil gambar mendekat.

Dari informasi yang dihimpun, helikopter buatan perusahaan Leonardo Finmecanicca itu memiliki bobot 16 ton dan mampu mengangkut muatan seberat 5,5 ton. AW 101 berjenis alat angkut berat bisa mengangkut hingga 38 orang, sedangkan jenis VVIP hanya 12 orang.

Heli ini menjadi kontroversi. Soalnya, pengadaan heli tersebut sudah ditolak oleh Presiden Jokowi. Namun, kontroversi tak menyurutkan helikopter AW 101 untuk datang ke Indonesia. Selasa lalu heli mendarat di Bandara Halim.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam rapat dengan Komisi I DPR menyatakan meski telah membatalkan pembelian, helikopter yang akan digunakan untuk orang dengan perlakuan khusus (VVIP) itu tetap mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. KSAU Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan helikopter yang awalnya diperuntukkan sebagai angkutan VVIP Kepresidenan tersebut telah tiba di Halim. Meski telah tiba di Indonesia, pabrikan helikopter tersebut belum melakukan serah terima kepada pihak TNI AU.[rgu/rmol]

LPM dan FKM USU Gelar Edukasi Kesahatan dan Pemberian Paket Covid 19

Sebelumnya

Akhyar: Pagi Tadi Satu Orang Meninggal Lagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel