Gebrakan semangat baru Sumut terus digalakkan Bupati Simalungun JR Saragih demi menciptakan kenyamanan masyarakat Kabupaten Simalungun. Kali ini, dirinya menyambangi Tanah Jawa.
Sasaran JR Saragih kali ini mendatangi Nagori Bosar Galugur, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Seperti biasa, begitu tiba dilokasi kunjungan JR langsung berbaur dengan masyarakat dan mendengarkan berbagai masukan dari warganya. Tak sedikit pula warga yang datang mendekat hanya untuk menyalami dan memeluk sosok yang selalu tampil bersahaja ini.
"Kita tentu memberikan rasa hormat setinggi-tingginya kepada Bapak Bupati Simalungun JR Saragih. Mengapa demikian? Setelah sekian lama mereka yang menjabat Bupati Simalungun, baru kali ini ada Bupati Simalungun yang datang melihat kondisi Tanah Jawa sesungguhnya. Dialah Bapak JR Saragih," ucap Purba selaku Tokoh Masyarakat Tanah Jawa, Jumat (10/2).
Dalam kunjungannya ini memang Bupati Simalungun lebih melihat kondisi terkini yang ada di Tanah Jawa. Apalagi dirinya telah banyak mendengar keluhan yang dialami oleh warga yang ada di sana.
"Saya itu harus selalu menjadi pelayan masyarakat bukan menjadi pejabat masyarakat. Mengapa demikian? Bagi saya keinginan masyarakat Kabupaten Simalungun harus bisa tersampaikan," beber Bupati Simalungun JR Saragih.
Di sini, JR Saragih memberikan empat point utama yang menjadi titik berat dalam melakukan kunjungan ke Tanah Jawa. Terlebih, pelayanan di sana belum juga dirasakan oleh masyarakat.
Point pertama adalah pelayanan dasar. Dirinya mengatakan jika masyarakat di Kabupaten Simalungun masih banyak yang belum memiliki dokumen administrasi kependudukan yang sah. Padahal ini menjadi salah satu syarat penting bagi warga untuk berbagai urusan yang menyangkut layanan pemerintahan dalam membantu masyarakatnya menajadi sejahtera. Pelayanan dasar yang masih belum dimiliki diantaranya Kartu Tanda Penduduk (KTP), surat menikah, surat kematian, akte kelahiran hingga kartu keluarga sekaligus.
"Masyarakat Tanah Jawa tidak boleh melupakan pelayanan dasar ini, karena ini menjadi bagian dari kelangsungan hidup kalian semua. Dengan adanya ini maka bisa menjadi modal yang penting dalam menjalankan roda perekonomian, untuk masuk sekolah saja harus ada kartu keluarga, surat menikah, akte kelahiran. Bila ini dilupakan maka generasi penerus bangsa Indonesia akan habis," paparnya.
Kedua perihal jalan, JR Saragih menegaskan masyarakat di Kabupaten Simalungun tak selamanya meributkan soal pembangunan jalan. Pasalnya, masih banyak pekerjaan yang lebih penting ketimbang persoalan infrastruktur.
Demi menuntaskan persoalan jalan yang ada di Tanah Jawa, Pemerintahan Kabupaten Simalungun meminta kerjasamanya dengan baik khususnya kepada seluruh Kelurahan (Nagori-red). Bahkan, Ia pun berjanji kepada masyarakat Tanah Jawa untuk memperbaiki jalan yang rusak.
"Pembenahan jalan ini akan segera kita laksanakan, tetapi saya minta kepada kalian semua termasuk para petinggi Nagori, Kepala Desa untuk bisa bekerjasama dengan baik. Marilah kita bergotong royong untuk merawatnya, karena jalan bukan sebatas dibangun saja melainkan perawatan itu penting. Untuk di jalan yang ada di Tanah Jawa, saya melihat ini terdapat kesalahan yang besar. Di mana, seluruh jalan tidak memiliki pembuangan air. Dengan tergenangnya air maka mempercepat kerusakan jalan," bebernya.
Hal ini juga diamini oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Simlungun Benny Saragih. Pria berkepala plontos ini berjanji akan segera merealisasikan pembangunan jalan. "Sesegera mungkin kami perbaiki jalan ini, jika dilihat dari kerusakan jalan maka harus dilakukan perbaikan ulang. Bila sebatas ditambal saja maka tidak akan awet jalan ini, selain itu saluran air pun akan kami tambah," ujarnya.
Selain persoalan jalan, di Nagori Bosar Galugur juga memiliki kendala soal terputusnya jalanan penghubung antara Dusun 1 Bosar Galugur menuju Dusun 2 Hubuan. Tanpa berpikir panjang, Bupati Simalungun ini langsung meminta kepada Komando Distrik Militer (Kodim) untuk segera memperbaiki jalan penghubung tersebut.
"Untuk persoalan jembatan penghubung, tidak usah berpikir lama lagi. Saya minta kepada pihak Kodim untuk segera mengerjakannya, paling lama besok sudah bergerak membangunnya. Kenapa saya minta cepat? Karena ini nilainya lebih penting. Apalagi, hampir seluruh masyarakat di sini seluruhnya berjalan kaki dan memiliki kendaraan bermotor. Jika jalanan penghubung ini rusak, bagaimana untuk menuju ladang atau sawah!," tegasnya.
Mendengar hal ini, seluruh tokoh masyarakat Tanah Jawa beserta masyarakat langsung bersorak sorai. Bagi mereka, inilah keinginan yang dibutuhkan selama ini. "Alhamdullilah, doa kami didengar. Terima kasih Tuhan," ucap Tina (46) warga Hubuan.
Point ketiga yakni persoalan kesehatan. Bupati Simalungun JR Saragih meminta kepada seluruh Kelurahan, Kecamatan hingga Kepala Desa jangan sekali-sekali bermain soal kesehatan. Karena buatnya kesehatan memiliki harga yang ternilai.
"Mudahkan semua masyarakat di sini untuk persoalan kesehatan, jangan biarkan masyarakat sakit. Dosa besar kalian bila sampai ada satu saja warga tak terurus soal kesehatan. Jangan dibuat susah, sekarang sudah gampang. Pemerintahan Indonesia sudah mengeluarkan BPJS Kesehatan, berikan buat mereka yang tidak mampu. Tolong, jika ada petinggi di daerah kalian yang mempersulit soal kesehatan laporkan saya biar ditindak tegas!," sebutnya.
Terakhir adalah persoalan keseimbangan harga. Di sini, JR Saragih membuat kebijakan untuk memberikan harga murah kepada masyarakat di Kabupaten Simalungun khususnya di pedalaman melalui program pasar murah. Kehadiran pasar murah ini bisa menjadi solusi untuk mereka yang tak mampu.
Terlebih, pendapatan yang ada di masyarakat Tanah Jawa sangat minim. Melalui, program pasar murah maka bisa memenuhi kebutuhan pokok.
Saat ini harga barang kebutuhan dipasaran masyarakat Tanah Jawa banyak dikeluhkan warga. Untuk gula dihargai Rp16 ribu per kilogram, sedangkan minyak goreng bisa mencapai Rp15 ribu per kilogram, melalui program pasar murah maka masyarakat cukup merogoh kocek Rp13 ribu untuk sekilo minyak goreng dan sekilo gula pasir.
"Coba bayangkan saja, pendapatan kita tak besar. Untuk memenuhi kebutuhan pokok harus menunggu masa panen yakni hingga 10 bulan paling lama 12 bulan, itu pun bergantung masa panen. Hasil yang kami peroleh sekilo ubi atau jagung dijual ke perusahaan dihargai Rp600. Hasil ini belum dipotong dengan biaya akomodasi, biaya peralatan, konsumsi kami. Jika dikalkulasikan, kami hanya mendapat Rp300 perkilogram. Dengan adanya pasar murah ini kami merasa bersyukur. Semoga, program ini bukan saja di pemerintahan JR Saragih, melainkan siapapun yang menjadi Kepala Daerah," tukas Titin (45) warga Bosar Galugur.[rgu]
KOMENTAR ANDA