post image
KOMENTAR
PENCOPOTAN Dirut dan Wadirut Pertamina terlalu transparan dan tidak main cantik oleh Presiden Joko Widodo, sangat kental adanya sejumlah agenda besar oleh sekelompok mafia migas yang dahulu menjadi benalu di Pertamina dan sekarang hampir dikatakan tidak bisa berkutik setelah Petral dibubarkan.

Sangat jelas Joko Widodo kelihatannya mulai terpancing untuk menjadikan BUMN Pertamina sebagai ATM politik persiapan majunya Joko Widodo dalam pilpres 2019 dengan mengunakan usulan para mafia migas yang mengiming-iming agar bisa mendapatkan dana persiapan pilpres.

Masih ingatkah pengakuan Mohamad Reza dalam kasus papa minta saham, akan adanya dana bantuan dari Mohamad Reza untuk operasi pemenangan Joko Widodo di Papua.

Nah tentu saja bukan makan siang gratis akan sumbangan dana yang sudah diberikan Mohamad Reza, setelah dua tahun dianggap cukup Mohamad Reza tiarap untuk tidak bersentuhan dengan Pertamina dan mencari moment saat panasnya Pilkada DKI Jakarta. Sehingga untuk mencopot Dirut dan Wadirut Pertamina tidak akan menarik atensi publik.

Sangat aneh dalam dua tahun terakhir dengan jatuhnya harga minyak dunia, banyak National Oil Corporation yang merugi hingga melakukan PHK kepada karyawannya, tetapi Pertamina yang merupakan NOC Indonesia justru bisa bertahan dan menghasilkan keuntungan karena kinerja jajaran marketing dan hilir yang sangat baik.

Walaupun banyak kebijakan Dirut Pertamina yang banyak menghilangkan revenue dan profit opportunity, seperti membeli perusahaan minyak Perancis yang kinerja keuangan dalam keadaan sangat rugi dan banyak outstanding.

Saya mengingatkan agar Presiden Joko Widodo jangan masuk dalam jebakan para mafia migas yang mengiming imingkan dana persiapan pilpres 2019 dengan menjadikan Pertamina sebagai ATM politik, karena program kedaulatan energi yang ditargetkan Joko Widodo akan gagal total.

Untung saja RUPSLB minggu lalu yang kental saling tarik menarik kepentingan antara kelompok mafia migas dan kelompok Pertamina nasionalis, Joko Widodo tidak langsung mengangkat dirut baru secara definitive. Karena diakhir Joko Widodo mendapatkan masukkan dari seseorang akan adanya kelompok mafia migas era SBY akan merorong Pertamina dengan meyodorkan calonnya.

Akhirnya, presiden mengangkat Plt dirut Pertamina dari legacy Pertamina yang tadinya sebagai direktur gas di Pertamina, untuk mengambil jalan tengah. Untungnya, Plt dirut Pertamina yang diangkat juga merupakan sosok yang punya kinerja dan kemampuan yang bagus di Pertamina.

Tetapi yang sangat disayangkan seorang Ahmad Bambang yang mendapatkan penghargaan dari Joko Widodo sebagai the best Direktur di BUMN tahun 2016 harus ikut dicopot. Padahal kinerjanya dijajaran pemasaran dan hilir sangat baik dan meyebabkan Pertamina meraih keuntungan disaat bisnis migas redup di dunia.

Karena itu saya imbau agar karyawan Pertamina juga harus berani menolak akan adanya usaha-usaha penempatan orang-orang di jajaran direksi dan komisaris yang akan mengerogoti Pertamina. Karena itu harus kompak dan berani untuk menolaknya.***

Penulis adalah wakil ketua umum Partai Gerindra, sekaligus ketua umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu

Menghilangnya Karakter Kebangsaan pada Generasi Z

Sebelumnya

Hilangnya Jati Diri Seorang Siswa

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Opini