MBC. Sejak semester dua tahun 2016, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus turun, persis seperti pertumbuhan ekonomi di tahun 2011 hingga 2014. Meskipun sempat naik di tahun 2015, namun, sejak semester dua tahun 2016 terus mengalami penurunan.
"Ekonomi kita seperti kehilangan angin di 2016," kata Yongky Susilo dari The Nielsen Company, di Fairmount Hotel, Jakarta, Selasa, (17/1).
Ia memaparkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia disumbangkan oleh konsumsi lokal (local consumption) sebesar 55 persen. Konsumsi lokal ini berupa industri ritel, seperti membuka toko, warung dan lain-lain.
Posisi kedua bersumber dari investasi para investor sebesar 32 persen, dan ketiga belanja pemerintah atau goverment spending sebesar 8 persen. Akibat pertumbuhan yang lemah, daya beli masyarakat juga di tahun 2016 menurun tajam.
"Misal, penurunan sales Motor di tahun 2016. Ini berarti, kelas menengah ke bawah sudah mulai terkena dampak penurunan ekonomi," urainya.
Untuk industri ritel, sebenarnya sudah mulai turun di awal tahun 2016, tepatnya di bulan Februari. Setelah itu kembali membaik hingga menuju lebaran. Usai lebaran, konsumsi ritel kembali lesu.
Yongky mencatat, konsumen sudah mulai melakukan pengiritan, mengurangi chanel belanja, dan frekuensi belanja berkurang.
"Biasanya 3 sampai 4 kali seminggu ke Starbucks, sekarang jadi dua kali aja," ujarnya memberi contoh.
Hal ini lantaran, setelah lebaran, masyarakat menghabiskan banyak uang mereka untuk keperluan sehari-hari seperti uang sekolah, belanja fashion lebaran, rekreasi libur lebaran dan belanja daging yang harganya tinggi.
Akibatnya, industri ritel di semester 2 tahun 2016 melemah. Kondisi ini semakin diperparah dengan suasana demonstrasi di bulan november dan desember yang membuat suasana belanja turun drastis di tahun 2016. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA