Angkatan Muda Muhammadiyah Jawa Barat mengajak seluruh komponen Organisasi Kepemudaan di Tingkat Jawa Barat untuk membubarkan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).
"KNPI hanya dipakai untuk kepentingan politis. Fungsi KNPI sebaga wadah perhimpunan OKP khususnya di Jabar sudah tidak terasa," tegas Ketua Nasyiatul Aisyiyah Jabar Susi Indriana usai acara Refleksi Akhir Tahun 2016 dan diskusi Meluruskan Arah Pembangunan Kepemudaan Jabar di Bandung.
Sebagai wadah berhimpun, seharusnya menjadi tempat antar OKP untuk saling meningkatkan kerjasama dan persaudaraan malah posisi perpecahan. KNPI jadikerdil. Pemuda hilang jati dirinya, perpecahan dan permusuhan yang terjadi,” tandasnya.
Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat, Iu Rusliana mengingatkan, akibat perpecahan yang terjadi, menjadikan para pihak berusaha saling menarik dukungan dan menjadikan OKP menjadi partisan.
Jangan bicarakan dulu upaya membangun pemuda, jika konflik menjadi keseharian. Bikin malunya lagi, ada pengurus AMM yang dicatut namanya oleh pengurus KNPI di luar kubu Saca Suhendi, sementara orangnya tidak tahu menahu dan tidak mau,” tegasnya dalam keterangan beberapa saat lalu (31/12).
Iu Rusliana pun menilai, membubarkan KNPI menjadi opsi terbaik karena keberadaannya akhirnya hanya membebani APBD. "KNPI sudah terlalu pragmatis dan kami ingin dibubarkan saja, sampai seluruh eksponen pemuda di Jabar bersepakat untuk membangun ulang dari nol. KNPI pusat yang berkonflik, menjadikan ke provinsi ikut konflik. Sudah tidak ada lagi rasa malu, hanya rebutan kekuasaan," tegasnya.
AMM Jabar, lanjut Iu Rusliana mendesak agar Pemerintah Provinsi Jabar untuk menyetop anggaran KNPI di tahun 2017. Gubernur idealnya fokus pada pembangunan kepemudaan tanpa harus melalui KNPI.
"Ada atau tidaknya KNPI, saya kira tidak berpengaruh kepada kami di AMM Jabar karena sudah terbiasa mandiri. Kalau kerjaan KNPI hanya membagikan jatah anggaran ke OKP, untuk apa," tegasnya.
Iu Rusliana pun meminta agar Gubernur Jabar tidak berpihak kepada salah satu kepengurusan dan segera terlibat aktif membubarkan KNPI. "Pemerintah harusnya punya cetak biru pembangunan pemuda, mengingat jumlahnya yang luar biasa. Pemuda harus dibangun dengansungguh-sungguh, bukan seperti sekarang ini. Kami merasa tidak dibina oleh pemerintah. Kami mandiri kan tidak berarti harus dilepas, tapi diberi sejumlah program agar pemuda kreatif, mandiri dan maju," tandasnya.
AMM Jabar, lanjut Iu Rusliana, meminta agar Gubernur mampu mensinergikan program pembangunan pemuda yang sebenarnya ada di beberapa dinas.
"Sudah bukan jaman lagi ego sektoral. Di Dinas Olah raga dan Pemuda ada anggaran, KUKM ada, Perindustrian dan Perdagangan ada. Bisakah disusun program yang berbasis pemuda secara komprehensif, sinergikan. Kalau digabungkan kan anggarannya menjadi besar," tandasnya.
Khittah KNPI, lanjut Iu Rusliana, adalah tempat berhimpunnya seluruh kekuatan pemuda. Sementara KNPI yang ada sekarang berkonflik, menjadi dua sampai tiga kubu.
"Kalau berdinamika, belajar berkompetisi secara jujur dan fair, itu kami suka. Tapi membuat KNPI pecah, bagi kami itu sangat menyedihkan, karena keluar dari semangat awal KNPI sebagai forum lintas politik, kelompok sosial, lintas ide dan gerakan yang kontributif bagi pembangunan pemuda Indonesia," katanya. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA