post image
KOMENTAR
Program Studi-1 dan Studi-2 Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU akan menggelar acara Bedah Buku: Sebuah Pengantar Sejarah Kerajaan Urung Senembah, Selasa (20/12) dari pukul 13.00-selesai di Gedung T. Amir Ridwan FIB USU.

Berlaku sebagai pembahas dalam bedah buku ini adalah Dra. Ratna, M. S dan Drs. Wara Sinuhaji, M. Hum, sedangkan yang bertindak sebagai moderator adalah Dr. Suprayitno, M. Hum.

Pemangku Adat/Raja Urung Senembah, Wan Chaidir Barus mengatakan bahwa tujuan dari bedah buku ini yaitu untuk menghidupkan kembali antusiasme pegiat sejarah untuk menghasilkan produk yang layak diperbincangkan di lingkungan akademik.

"Bedah buku ini bertujuan untuk menghidupkan kembali antusiasme pegiat sejarah untuk menghasilkan produk yang layak diperbincangkan di lingkungan akademik. Selanjutnya produk tersebut diharapkan mampu mengagitasi masyarakat untuk mengenal kembali sejarah," katanya kepada MedanBagus.com, Senin (19/12).

Wan Chaidir Barus juga menjelaskan bahwa buku yang akan dibedah tersebut merupakan representasi dari perjalanan sejarah Kerajaan urung Senembah.   

"Buku ini adalah sebuah representasi terhadap perjalanan sejarah Kerajaan Urung Senembah. Kerajaan Urung Senembah adalah satu dari empat urung yang mendiami tanah Deli, tapi bukti-bukti sejarah sangat sedikit yang berpihak untuk mendukung fakta sejarah dari masa lalu. Mengitari waktu bersama sejarah dalam bedah buku. Antusiasme masyarakat Sumatera Utara untuk menggali kembali sejarah yang telah lama simpang siur dan abu-abu kembali menggeliat," jelasnya.

Di samping itu, secara terpisah, Badan Koordinasi Kekeluargaan dan Kesejahteraan (BK3) Sumut juga mengungkapkan dukungannya atas gelaran bedah buku ini.

"BK3 Sumut mendukung penuh kerjasama Lembaga Adat dan Budaya Karo Kerajaan Urung Senembah bersama dengan Masyarakat Sejarawan Indonesia Pengurus Daerah Sumut, S1 dan S2 Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU yang menyelenggarakan bedah buku dengan judul Sebuah Pengantar: Kerajaan Urung Senembah ini," ungkap Ahmad Arief Tarigan, Koordinator BK3 Sumut kepada MedanBagus.com, Senin (19/12).

Arief menjelaskan, bedah buku ini dapat membantu masyarakat Sumatera Utara agar mengenal sejarahnya. Sehingga masyarakat Sumatera Utara tidak kehilangan jati dirinya.
   
"Mengenal sejarah berarti menerima masa lalu dengan lapang dada dan secara ideologi mampu melangkah ke depan tanpa mencari-cari lagi sejarah sebagai perwujudan jati diri sebagai masyarakat yang mandiri. Era keterbukaan informasi diharapkan mampu menjadi simpul yang selama ini hilang untuk merangkai kembali kepingan-kepingan sejarah dan membangunnya kembali sebagai tonggak yang mampu mempersatukan," demikian Arief.[sfj]

FOSAD Nilai Sejumlah Buku Kurikulum Sastra Tak pantas Dibaca Siswa Sekolah

Sebelumnya

Cagar Budaya Berupa Bangunan Jadi Andalan Pariwisata Kota Medan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Budaya