Sejarah secara terang-benderang telah mengukuhkan bahwa Bumi Papua merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa Bumi Papua tidak ada tanpa NKRI, dan NKRI tidak ada tanpa Bumi Papua.
"Kita jangan mengingkari sejarah yang sudah dirajut oleh para pendahulu dan leluhur kita serta pada tokoh adat Bumi Papua dengan susah payah disertai pengorbanan yang besar," begitu dikatakan pendiri Yayasan Pendidikan Soekarno (YPS) Rachmawati Soekarnoputri saat menerima Rektor UBK Soenarto, Wakil Rektor Teguh Santosa, dan panitia persiapan pendirian UBK di Wamena, Papua, Boas Panjaitan, di kediamannya, Jalan Jatipadang Raya, Jakarta Selatan, Kamis sore (15/12).
Soenarto, Teguh, dan Boas mengunjungi kediaman Rachma untuk melaporkan pendirian UBK Wamena yang telah dilakukan sepekan sebelumnya (Kamis, 8/12). Rachmawati sedianya menghadiri peresmian itu. Namun karena kesehatan yang tidak memungkinkan, Rachma mengutus Rektor UBK Soenarto mewakili dirinya didampingi Boas Panjaitan. Sambutan tertulis Rachma dalam Temu Kebangsaan bertema "Pacu Bersama Jantung Papua" dibacakan Boas.
Staf Khusus Presiden RI untuk urusan Papua, Lenis Kogoya, pendiri Papuan Center Elang P. Oasis Rubra, dan Direktur Papuan Center Franky Umpain, juga menjadi pembicara dalam kegiatan itu.
Mengulangi pesan yang disampaikannya untuk masyarakat Papua, Rachma mengatakan upaya membangun Papua tidak bisa dilakukan tanpa bekerja keras meningkatkan kapasitas SDM dan di saat bersamaan membangun karakter kebangsaan.
Rachma menekankan, kerjasama antara YPS dan Papuan Center tidak bisa tidak, harus melibatkan semua tokoh adat Papua.
"Dengan memperhatikan sejarah, UBK di Bumi Papua harus dikelola dengan melibatkan secara aktif Lembaga Adat Papua," ujar Rachma lagi.
Dalam peresmian UBK di Wamena itu juga sudah disampaikan bahwa YPS memberikan beasiswa untuk mengikuti pendidikan Strata-1 di UBK Jakarta kepada tiga calon mahasiswa dari keluarga tokoh Papua, yakni keluarga almarhum Theis Hiyo Eluway, keluarga DR. Don Flassy, dan keluarga Karlos Hubi.
Dalam pertemuan dengan Rachma itu, Rektor UBK Soenarto mengatakan dalam kegiatan di Wamena telah diresmikan pendirian Akademi Komunitas Diaspora Bung Karno. Akademi inilah yang menjadi cikal bakal dari UBK Wamena, dan dikelola bersama YPS dan Papuan Center.
Kerjasama YPS dan Papuan Center untuk mendirikan UBK di Bumi Papua ditandatangani pada tanggal 19 November 2016 dalam Sarasehan Kebangsaan bertema "Papua Anak Bungsu Ibu Negeri" di Jakarta.
Dalam kesempatan itu, Rachma mengatakan, persoalan ketimpangan pembangunan di Indonesia, dan keterbelakangan yang dialami masyarakat Papua terjadi karena negara menjadi lemah akibat amandemen yang dilakukan terhadap UUD 1945. Karena itu, Rachma menyerukan agar UUD 1945 yang asli kembali digunakan. Kesejahteraan rakyat di Papua, menurut RSP, adalah obat paling mujarab untuk menghentikan separatisme.
Juga dalam sarasehan itu Staf Khusus Presiden RI untuk urusan Papua, Lenis Kogoya, atas nama tokoh-tokoh adat yang hadir memberikan gelar "Mama Papua" untuk Rachma.
Gelar ini diberikan sebagai apresiasi atas komitmen putri Bung Karno itu dalam dunia pendidikan. Tak sedikit mahasiswa UBK Jakarta berasal dari Bumi Papua.[sfj]
KOMENTAR ANDA