Ribuan korban gempa Pidie Jaya, Pidie dan Bireuen di Provinsi Aceh masih bertahan di lokasi pengungsian menyusul gempa susulan yang masih sering terjadi.
"Mereka khawatir kembali ke rumah karena gempa susulan masih terus terjadi. Meski skalanya kecil mereka masih trauma sehingga mereka merasa lebih aman tinggal di pengungsian. Bapak-bapak tinggal di masjid atau mushola sementara ibu dan anak di tenda-tenda pengungsian di depan mushola," ujar Mensos, Khofifah Indar Parawansa, Sabtu (10/12).
Khofifah mencontohkan jumlah pengungsi di Kantor Kecamatan Kembang Tanjong sebanyak 500 jiwa, namun malam hari jumlahnya bisa mencapai 1.000 jiwa.
"Pengungsi di satu lokasi pengungsian jumlahnya cukup besar. Bahkan ada yang malam hari jumlahnya sampai 3.000 jiwa. Untuk itu pasti harus disiapkan sanitasi, air bersih yang memadai," katanya.
Dikatakan, kondisi ini harus dicermati dengan baik karena jumlah pengungsi cukup besar dan bertahan di tempat pengungsian dalam waktu lama.
"Misalnya lima hari saja mereka bertahan di lokasi pengungsian, saya khawatir sampah menumpuk, air bersih kurang, kemudian sanitasi MCK terbatas," kata Khofifah.
Oleh karena itu sebagai solusi selanjutnya adalah penyiapan Hunian Sementara (Huntara) yang berada di bawah koordinasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Penyiapan Huntara itu koordinatornya BNPB. Harus mulai disiapkan supaya proses pemulihan warga bisa terdeteksi lebih detil. Jadi prinsipnya kehidupan warga harus terlindungi," demikian Khofifah. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA