Isu makar atau kudeta yang dihembuskan Pemerintah terkait aksi damai membela agama dinilai terlalu lebay alias berlebihan.
"Terlalu subuh mengeluarkan istilah makar dan kudeta. Justru (isu itu) menganggu ketenangan dan menimbulkan kegelisahan baru," kata pengamat politik, Pangi Syarwi Chaniago, Kamis (24/11).
Menurut Pangi, tidak ada indikator massa aksi pada 25 November dan 2 Desember nanti akan melakukan makar. Aksi damai nanti hanya berisi salat Jumat berjamaah, istigasah, dan maulid akbar, serta menuntut kesetaraan penegakan hukum dengan menahan tersangka dugaan penistaan agama.
"Dideteksi dengan benar, lagi pula siapa yang mau makar, yang bisa makar adalah militer. Rakyat boro-boro makar, makan saja susah, rakyat juga tidak punya senjata," ujar Direktur Eksekutif Voxpol Center ini.
Apalagi, lanjut Pangi, TNI sangat solid dan loyal kepada Pemerintah, bahkan demo besok, akan dikawal tanpa pakai senjata.
"Jangan sampai Presiden dan Kapolri malah membuat kegaduhan baru. Statmen dan komentar seringkali bukannya meneduhkan dan membuat suasa semakin terkendali, tapi ujungnya menuduh ada aktor politik, ada yang menunganggi, kudeta dan makar," tukasnya. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA