Peneliti bidang politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ridho Imawan Hanafi mengatakan persoalan politik yang terjadi di Indonesi saat ini merupakan efek besar dari adanya keinginan kaum mayoritas untuk tidak menerapkan proses demokrasi secara benar. Salah satunya yang mendasar yakni tidak diberikannya kesempatan yang sama bagi seluruh masyarakat di Indonesia terutama dari kaum minoritas untuk berjuang dalam kontestasi yang setara dalam perhelatan politik daerah.
Hal ini disampaikannya dalam diskusi kebangsaan "Merawat Republik, Menjaga Kebhinekaan" yang digelar oleh Perhimpunan Suluh Muda Indonesia (SMI) di Hotel Darma Deli, Medan.
"Proses demokrasi Indonesia mengalami kritis terkait elektoral di Jakarta. Isu Pilkada Jakarta yang semestinya hanya lokal, menjadi nasional dimana semua tokoh politik bergerak. Menurut saya ada hal mendasar yakni hak setiap warga negara untuk berjuang dalam kontestasi politik yang setara," katanya, Senin (22/11).
Ridho menjelaskan, berdasarkan penelitiannya, khusus untuk kasus Ahok kondisi ini lebih disebabkan adanya anggapan dari kalangan yang mayoritas yang merasa tidak terwakili jika incumben kembali memenangkan kontestasi politik yang berjalan secara reguler berupa Pilkada.
"Ada upaya ketika incumben dianggap tidak mewakili mayoritas, itu kemudian dianggap mengancam keberadaan mereka. Ini sebenarnya yang harus dihindari dari kondisi sekarang, karena ini jadi mengkhawatirkan. Karena kelompok-kelompok minoritas itu tidak diberikan kesempatan yang sama berjuang dalam kontestasi politik," ujarnya.
Menurut Ridho, kondisi politik di Jakarta yang berpengaruh pada politik nasional tersebut tidak akan terjadi jika masing-masing pihak menyadari adanya persamaan hak berjuang dalam kontestasi politik terhadap seluruh warga negara Indonesia termasuk kaum minoritas.
"Bagi saya demokrasi harus memberikan kesempatan sama pada siapapun untuk berkontestasi. Tinggal nanti kontestasi itu berujung pada perjuangan dihadapan pemilih, itu saya kira yang penting," demikian Ridho.[rgu]
KOMENTAR ANDA