Indonesia yang memiliki keanekaragaman dari berbagai aspek termasuk Suku, Agama, Ras (SARA) sering mendapatkan ujian. Berdasarkan perkembangan dan dinamika yang terjadi beberapa waktu ini, SARA dijadikan alat untuk menyebar isu perpecahan di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan oleh salah seorang peneliti Institut Kajian Sosiologi Indonesia (IKSI) Universitas Sumatera Utara (USU), Rholand Muary, Kamis (17/11).
"Melihat perkembangan dan dinamika terjadi, masyarakat diuji kembali ke-Indonesiaannya, karena banyak wacana yang berkembang justru menjurus pada perpecahan, saling serang, tuduh menuduh hingga hal-hal yang sifatnya mengarah kepada agama suku dan RAS," katanya.
Terhadap aksi bom yang terjadi di Samarinda beberapa waktu lalu, Rholand menilai bahwa hal tersebut menjadi tanda tanya untuk seluruh masyarakat di Indonesia dalam merawat nilai nasionalisme.
"Kejadian bom di Samarinda dengan menimbulkan korban anak kecil, sebenarnya menjadi tiik persimpangan rasa nasionalisme kita, apakah kita turut mewariskan kelompok kelompok kepentingan yang ingin merusak keberagaman dan NKRI, atau kita menjadi bagian yang memperkuat dan merawat nasionalisme kita terhadap Indonesia," ungkapnya.
Rholand berharap tokoh masyarakat dan tokoh agama dapat membantu masyarakat dalam merawat nilai toleransi dan pancasila demi menghindari perpecahan yang lebih luas di kemudian hari.
"Untuk merawat kesejukan dan saling tolerasi pada masyarakat bawah, juga diperlukan, tokoh tokoh maayarakat, tokoh agama untuk membangun situasi sosial yang menyejukkan mengedepkan nilai.nilai pancasila dalam menghadapi persoalan maupun modal membangun bangsa Indonesia," tandasnya.[sfj]
KOMENTAR ANDA