Entah apa yang ada di pikiran Basuki Thahaja Purnama, sehingga menyamakan diri dengan Nelson Mandela.
Sebab di antara keduanya, bukan hanya dipisahkan oleh jarak geografis yang jauh, juga dipisahkan oleh kepribadian dan karakter yang sangat berbeda. Tidak ada cerita, Mandela suka marah-marah. Sementara Ahok, begitu Basuki Tjahaja disapa, bisa dikatakan tak ada hari tanpa kemarahan.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Auflkarung Institute, Dahroni Agung Prasetyo, dalam keterangan kepada Kantor Berita Politik RMOL beberapa saat lalu (Rabu, 16/11).
Agung menjelaskan, Mandela merupakan seorang revolusioner anti-apartheid. Pada tahun 1962, Nelson Mandela dituduh melakukan sabotase. Ia juga dituding melakukan upaya makar terhadap pemerintah. Nelson Mandela pun dihukum penjara seumur hidup di Pengadilan Rivonia.
Setelah keluar tahanan pada tahun 1989, Mandela menyampaikan komitmen pada perdamaian dan rekonsiliasi, Mandela pun terpilih sebagai Presiden Afrika Selatan sejak 1994 sampai 1999.
"Jadi Mandela adalah seorang pejuang yang dicintai rakyat, bukan pemimpin yang dimusuhi rakyat," ungkap Agung.
Hal ini, sambung Agung, berbeda sama sekali dengan Ahok. Ahok merupakan contoh penguasa yang sama sekali tidak berjuang untuk perdamaian. Bahkan, Ahok sama sekali tak berpihak pada rakyatnya. Hal ini terlihat jelas dari berbagai penggusuran yang ia lakukan, tanpa melalui proses dialog.
Selain itu, sambung Dahroni, Mendela juga berbeda dengan kasus Ahok. Ahok, selain menjadi tersangka kasus penistaan agama, juga terseret ke dalam berbagai kasus korupsi, seperti kasus lahan Rumah Sakit Sumber Waras.
"Jadi Ahok dengan Mandela itu ibarat langit ketujuh dengan dasar bumi," tegas Agung.
Agung pun menyarankan Ahok untuk lebih tenang sehingga tak terus menerus melontarkan komentar yang tidak relevan, dan bahkan bisa menimbulkan kontroversi baru. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA