Rencana PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengambil alih PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dianggap tidak tepat.
Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma menegaskan, PLN sebaiknya fokus saja pada tugas utamanya, yaitu transmisi dan distribusi.
"Jadi sudah sangat tepat apa yang disampaikan Pak Jonan (Menteri ESDM Ignasius Jonan, red) bahwa PLN sebaiknya fokus saja pada urusan tansmisi,” kata Surya, Rabu (9/11).
Bukan tanpa alasan, menurut dia, fokus PLN akan terbelah jika mengambil alih PGE. Itu juga berpotensi mengganggu pembangunan transmisi.
"Apa jadinya jika pihak yang menjadi tumpuan pembangunan transmisi, fokusnya justru terpecah. Apalagi harus diingat, bahwa transmisi dan pembangkit harus selesai bersamaan. Jangan sampai pembangunan pembangkit sudah jadi namun transmisi belum siap. Jika itu terjadi, maka semua rugi dan masyarakat juga yang akan terkena imbasnya,” urai Surya.
Ketimbang meneruskan ambisi untuk mengambil alih PGE, kata dia lagi, lebih baik PLN membeli saja listrik atau uap yang dihasilkan pembangkit yang dikelola pihak pengembang.
Di sisi lain Surya tidak menepis, bahwa akan lebih efisien lagi bila peran power producer yang saat ini juga diemban PLN, sebaiknya dipisahkan dan dijadikan kelompok unit-unit bisnis tersendiri.
"Misalnya, sebagai anak perusahaan atau bentuk lain sehingga dapat diketahui pembangkit mana yang tidak efisien dan berbiaya tinggi," papar Surya.
Surya mengingatkan, harusnya pengalaman PLN buruk dalam menggarap panas bumi bisa menjadi pelajaran. Karena terbukti, bahwa selama ini dari berbagai WKP yang diberikan, ternyata tidak bisa digarap PLN secara optimal.
"Sebut saja Tulehu dan Tangkuban Prahu. Semua tidak optimal . Jadi mengapa memaksakan diri masuk ke sektor yang kompetensinya rendah, padahal PLN punya kompetensi di bidang lain?” kata Surya.
Jonan sebelumnya mengkritik PLN yang merambah lini bisnis tenaga panas bumi. Menurut dia, PLN seharusnya fokus membangun transmisi tenaga listrik demi menuju distribusi yang merata.
"Sekarang PLN malah mau merambah bisnis ke panas bumi, kami minta ya fokus saja sama apa yang belum dibangun, misalnya transmisi. Kalau tidak ada transmisi kan bahaya, ini harus jadi dulu,” jelas Jonan suatu ketika.
Sampai saat ini, target pembangunan transmisi PLN memang masih jauh dari target yang ditetapkan. Berdasarkan data Dirjen Ketenagalistrikan ESDM, reealisasi transmisi PLN per Agustus 2016 hanya 2.792 kms atau sebesar 7 persen. Padahal, berdasarkan RUPTL 2015-2024, seharusnya sudah mencapai 10.602 kms atau sebesar 23 persen per 2016. Dengan capaian tersebut, banyak pihak memprediksi, bahwa PLN hanya mampu merealisasikan sekitar 42 persen (19.000 kms) pada akhir 2019. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA