MBC. Taktik pemerintah menuduh sebuah aksi massa yang besar ditunggangi kepentingan politik tertentu adalah taktik klasik untuk menutupi kebenaran.
Hal itu juga yang dilakukan Presiden Joko Widodo atas Aksi Bela Islam II yang diikuti ratusan ribu orang sepanjang hari kemarin sampai pagi dinihari tadi. Aksi massa itu berujung kerusuhan kecil di malam hari seberang Istana Negara dan kawasan Penjaringan Jakarta Utara.
"Jokowi bilang aksi damai 4 November ditunggangi aktor politik. Siapa yang dituduh aktor politik? Ini ujaran klasik. Justru yang jadi aktor intelektual politiknya adalah bagian yang merasa terusik kepentingannya, terutama para kapitalis besar dan pion-pionnya," kata tokoh politik senior, Rachmawati Soekarnoputri, Sabtu (5/11).
Rezim Jokowi-JK, menurutnya, terang-terangan melancarkan pola-pola devide et impera atau adu domba antar umat beragama, aparat keamanan, dan partai politik.
Kini Jokowi sedang melakukan adu domba antar partai politik untuk memenangkan jagoannya yang sedang tersangkut kasus penistaan agama, Basuki Purnama alias Ahok, di Pilkada Jakarta 2017.
"Sudah amat jelas. Contoh Demokrat dan Gerindra, diadu isu politiking Pilkada agar jago PDIP dan Jokowi-Mega ini tetap eksis di Pilkada 2017," terangnya.
Di mata Rachmawati, tuduhan Jokowi soal aktor politik di balik Aksi Bela Islam II merupakan fitnah yang keji.
"Perilaku begitu, masih layakkah dia memimpin bangsa Indonesia yang notabene mayoritas umat Islam?" kecam putri Bung Karno itu. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA