post image
KOMENTAR
Bak penyakit, korupsi di China sudah mewabah. Di medio 2014-2016 negara itu sudah menjerat lebih dari satu juta pejabat korup. Dengan demikian, tidaklah berlebihan kalau China saat ini disebut Negeri Sejuta Koruptor.

Data sejuta koruptor pejabat China itu dilansir pemerintah China sendiri Senin (24/10), waktu setempat. Presiden China Xi Jinping punya perhatian serius soal wabah korupsi di negaranya. Dia tidak malu melansir ada sejuta koruptor di jajarannya.

Dilansir dari BBC, dari sejuta koruptor yang dirilis pemerintah China, sebanyak 409 orang sudah ditangkap di luar negeri di tahun ini. Sebanyak 15 orang di antaranya berada dalam daftar 100 buronan paling dicari di China. Perburuan koruptor oleh pemerintah China merupakan tindak lanjut dari ancaman yang dilontarkan Jinping dalam sesi pleno Partai Komunis ke-18 yang digelar Mei lalu. Jinping akan berupaya lebih keras untuk mengejar para buronan koruptor. Termasuk dalam usaha mengembalikan aset negara yang dicuri.

Instruksi Presiden itu langsung dilakukan jajaran anti-korupsi di China, perburuan digelar dan 409 buronan yang kabur ke luar negeri berhasil ditangkap. Menurut keterangan dari komite pusat pengawas korupsi, pejabat yang terlibat dalam kasus korupsi berasal dari banyak golongan. Mulai dari mereka yang memiliki pangkat rendah hingga menteri serta anggota bisnis dan media. Delapan pejabat di tingkat menteri hingga di atasnya telah dijatuhi hukuman. Termasuk di antaranya mantan sekjen Partai Komunis. Sekalipun tidak menyebut nama siapa-siapa saja yang ditangkap, Pemerintah China juga mengatakan, tersangka korupsi terlibat dalam berbagai kasus seperti penyuapan dan penyalahgunaan kekuasaan.

Aksi bersih-bersih yang dilakukan Jinping menuai dukungan publik dan membuka mata warga China akan bahaya laten korupsi di Negeri Komunis. Namun, sejumlah pengamat mencurigai aksi sapu koruptor ini berbau politis. "Jinping punya banyak hal yang ingin dicapainya dan caranya cukup keras," kata Andrew Mertha, ahli ilmu politik di Cornell University. "Tinggal tunggu waktu sampai ada reaksi," tambahnya seperti dilansir VOA.

Mertha menganalisa, upaya pemberantasan korupsi ini untuk meningkatkan citra Jinping atas gelaran Pleno Komite Partai Komunis China yang digelar Senin (24/10). Gebrakan politik diperlukan Jinping untuk menghadapi Kongres Partai Ke-19 yang akan digelar Desember mendatang. China punya gaya politik sendiri dalam menentukan pemimpin. Mereka harus mendapatkan restu partai tuggal di China yakni Partai Komunis China. Bisa jadi, Jinping ingin melanjutkan kekuasaannya dengan membuat gebrakan sapu bersih koruptor demi membuat China lebih baik. Dalam pertemuan itu, Jinping akan berusaha terpilih kembali dan mengangkat orang-orangnya sendiri ke Komite Politbiro, sebuah lembaga pengambilan keputusan yang akan mengganti lima dari ke tujuh anggotanya tahun depan.

Zhang Lifan, seorang pengamat politik dan sejarawan di China mengatakan, aksi keras Jinping terhadap koruptor bisa menjadi bumerang petahana. Dia menuding, Jinping tebang pilih dalam melancarkan aksinya, banyak lawan politik yang ditangkap. "Meskipun tak ada yang berani menentang Jinping secara terbuka, penentangan lunak (Di Kongres) akan terjadi," prediksi Lifan.

Seperti diketahui, salah satu korban bersih-bersih Jinping adalah bekas pejabat China Wei Pengyuan. Dia divonis hukuman mati percobaan setelah diketahui memiliki uang kontan di rumahnya sebesar 30 miliar dolar AS atau sekitar Rp 392 triliun. [hta/rmol]

Kuasa Hukum BKM: Tak Mendengar Saran Pemerintah, Yayasan SDI Al Hidayah Malah Memasang Spanduk Penerimaan Siswa Baru

Sebelumnya

Remaja Masjid Al Hidayah: Yayasan Provokasi Warga!

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Hukum