Keyakinan masyarakat kepada calon legislative dalam pemilihan legislatif pada 2014 kemarin cukup rendah. Hal itu tertuang dalam desiminasi hasil riset Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumut yang disampaikan Rabu (19/10) kemarin di Aula Kantor KPU Sumut. Dalam diseminasi yang dibuka Ketua KPU Sumut, Mulia Banurea tersebut dan dihadiri Anggota KPU Sumut Benget M Silitonga, Nazir Salim Manik dan Evi Novida Ginting itu, hadir sejumlah pimpinan Partai Politik di Sumut, PWI Sumut, akademisi, penggiat demokrasi, dan kalangan LSM/NGO.
Anggota KPU Sumut Divisi SDM dan Partisipasi Masyarakat (Parmas) Yulhasni dalam diseminasi hasil riset KPU menuturkan, ada 19 alasan lain yang menyebabkan ketidakhadiran pemilih ke TPS. Berdasarkan urutan lima teratas yakni, kecewa dengan wakil rakyat yang terpilih (208 orang atau 52,8 persen), kecewa dengan hasil Pemilu sebelumnya (188 orang/ 47,7 persen), kecewa dengan kinerja partai politik yang dipilih (180/45,7 persen). Sedangkan alasan lokasi TPS terlalu jauh dari tempat tinggal menjadi faktor terendah dengan hanya 40 orang atau 10 persen.
Dikatakannya, dalam penyelenggaraan Pileg dari tahun 1971-2014, tingkat partisipasi pemilih menunjukkan penurunan.
"Pada Pileg 2014, tingkat partisipasi pemilih di Sumut hanya mencapai 68,31 persen dari target nasional KPU RI yang 75 persen,’’ujarnya.
Kondisi tersebut, menurut Yulhasni, menjadi bahan penting bagi KPU Sumut untuk melakukan riset di 33 Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara.
"Beberapa persoalan terkait dengan partisipasi dalam Pemilu diantaranya adalah fluktuasi kehadiran pemilih ke TPS, suara tidak sah yang tinggi, gejala politik uang, misteri derajat melek politik warga, dan langkanya kesukarelaan politik. Tahun 1999 merupakan awal dari penurunan tingkat partisipasi politik pemilih, atau mulai meningkatnya golongan putih (golput), dibandingkan dengan Pemilu sebelumnya dengan tingkat partisipasi politik pemilih tertinggi 96,6% pada Pemilu tahun 1971," ujar Yulhasni.
Berdasarkan hal-hal inilah, kata Yulhasni, KPU Sumut melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan menitikberatkan pada survei pemilih di Sumut yang berasal dari kabupaten/kota selama Juni-Agustus 2016.
Terkait dengan penelitian tersebut, lanjut Yulhasni, ini, ada beberapa permasalahan yang menyebabkan ketidakhadiran pemilih di TPS seperti kinerja Penyelenggara Pemilu menggalang kehadiran pemilih, tingkat ketertarikan/kepercayaan pada kandidat, kinerja tim kampanye partai atau kandidat menggalang pemilih, faktor pesimis/kecewa dengan pemerintah dan Pemilu, faktor kesibukan pemilih berpengaruh, dan faktor politik uang
"Objek penelitiannya adalah masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam Pileg yang mencapai 3.184.201. Sedangkan sampel penelitian menggunakan rumus Slovin berjumlah 400 orang dan dilakukan statisfied random sampling dan variabel yang digunakan adalah kinerja penyelenggara, ketertarikan terhadap Caleg, kinerja tim kampanye atau partai dalam menggalang pemilih, serta kekecewaan dengan pemerintahan dan hasil Pemilu. Sebanyak 211 dari 400 atau 53,6 persen sampel mengatakan tidak yakin Caleg akan memenuhi janji politiknya. Ini merupakan faktor teratas," kata Yulhasni.[rgu]
KOMENTAR ANDA