Dalam konsep negara demokrasi wacana soal minoritas dan mayoritas sudah tidak ada lagi. Sebab semua segmen masyarakat sudah diakomodir dalam partai politik sebagai representasi kehadiran kelompok masyarakat.
Begitu kata aktivis '98 Taufan Hunneman saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Jumat malam (14/10).
Atas alasan itu juga, Taufan mengingatkan agar Pilkada DKI tidak membawa isu-isu keagamaan yang memecah-belah kesatuan berbangsa. Sebaliknya, Pilkada DKI justru akan menjadi menarik jika menjadi panggung kontestasi program pembenahan Kota Jakarta.
"Jadi berikan ruang kepada warga DKI untuk dapat memilih pemimpinnya berdasarkan kinerja, karena itu jangan merusak demokrasi yg telah di bangun 18 tahun ini menjadi rusak karena isu-isu keagamaan," ujarnya.
Indonesia, lanjut Taufan, tidak boleh terjebak dalam zaman kegelapan yang semata-mata satu keyakinan saja yang mendominasi ruang publik. Kita, sambungnya, haru belajar dari Bangsa Eropa yang telah memakan asam garam terjerembab ke era kegelapan yang didominasi oleh satu keyakinan yang menyebabkan kemunduran peradaban.
"Jadi tugas kaum pegiat demokrasi adalah menjaga agar demokrasi ini tidak dirusak oleh kemunduran peradaban kita yang merendahkan nalar berpikir kita," sambungnya.
"Pilkada DKI ini satu kesempatan untuk kita menghargai keberagaman dalam bingkai NKRI," pungkas Taufan. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA