Kontributor stasiun televisi Net, Soni Misdananto menjadi korban pemukulan yang diduga oleh anggota Batalyon Infanteri Lintas Udara 501 Bajra Yudha Madiun, Jawa Timur, pada Minggu (2/10) lalu.
Saat insiden itu, Soni mengaku tengah meliput perayaan 1 Suro di Madiun yang berujung bentrokan antara dua kubu perguruan Diponegoro.
Panglima TNI Gatot Nurmantyo menjelaskan, dari hasil investigasi, jurnalis tersebut tidak menggunakan identitas pers sehingga saat keadaan ricuh, bersangkutan menjadi korban pemukulan.
Sedangkan dua kubu murid Pangeran Diponegoro, yakni Teratai dan Winongo, kata Gatot, memang kerap terlibat pertikaian.
"Kita (TNI) memisahkan mereka berkelahi, nggak tahunya itu ada wartawan (kena pukul)," ujar Gatot di kantornya, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa, (4/9).
Saat ini, POM TNI tengah melakukan penyelidikan dan penyidikan atas kasus yang mencederai keharmonisan antara TNI dan jurnalis ini.
"Itu tindakan kekerasan bisa pidana, maka POM melakukan penyelidikan dan penyidikan," kata Gatot.
Ia juga menegaskan, posisi TNI akan selalu berada dekat dengan rakyat. Sebab berdasarkan doktrin TNI, rakyatlah yang memerdekakan Indonesia. Pada masa peperangan merebut kemerdekaan, TNI belum lahir.
"Rakyat itu ibu kandung TNI, maka saya mohon maaf. Masih ada prajurit-prajurit saya yang berbuat menyakiti, dan membuat rakyat tercederai. Yakinlah, pasti akan diproses secara hukum," tutup Gatot.[rgu/rmol]
KOMENTAR ANDA