Netizen dihebohkan oleh kasus istri polisi yang memutilasi anak kandungnya sendiri, Minggu malam lalu. Banyak yang coba menduga, apa penyebab kejadian ini.
Perbuatan istri Aipda Deni Siregar, Mutmainah alias Iis (28) benar-benar tak dapat dipercaya. Iis tega memutilasi anaknya sendiri yang berusia satu tahun. Kejadian mutilasi dilakukan di rumah kontrakannya di Gang Jaya 24, Tegal Alur, Cengkareng, Jakarta Barat, Minggu malam sekitar pukul 20.00 WIB.
Dari penurutan saksi yang juga tetangga Iis, Lastri, malam itu Aipda Deni pulang dari dinasnya. Deni tak dapat masuk ke dalam kontrakan. Pintunya terkunci. Saat itu, putri sulungnya teriak-teriak. Karena khawatir, Deni mendobrak pintu kontrakannya.
Rumah kontrakan Aipda Deni berukuran 3 x 6. Rumah itu terdiri dari 3 ruangan, yakni ruang tamu, kamar dan dapur. Sesampainya di kamar, Deni berteriak histeris setelah melihat putra keduanya, A (1), tergeletak bersimbah darah. Sedangkan putri pertamanya CL (2) luka-luka. Deni lantas berteriak minta tolong. Warga pun berdatangan.
Warga tecengang lantaran menemukan piring di lantai yang berisi potongan tubuh anak kedua Deni. Sementara istri Deni hanya terdiam terpaku tanpa busana di sudut ranjang usai melakukan aksi gilanya. Warga kemudian melaporkan kasus ini ke Polsek Cengkareng. Polisi lantas datang dan melakukan olah TKP.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono menerangkan, suami pelaku diketahui bekerja di Bidang Propam Polda Metro Jaya. "Korban anak Aipda Deni. Pelaku adalah istrinya," ujar Kombes Awi.
Menurut Awi, sebelum peristiwa tragis itu, Iis terlihat depresi dan sering berbicara sendiri. "Menurut suaminya, istrinya ini lebih pendiam selama satu minggu ini dan kadang bicara sendiri, seperti depresi," ujar Kombes Awi.
Saat ini, pihaknya tengah memulihkan kondisi psikologis anak pertama Deni (CL) yang baru berusia dua tahun. CL sempat digores telinganya oleh ibunya dan menyaksikan peristiwa mutilasi sang adik.
Sudah bisa ditebak, netizen kaget dan tak menyangka tindakan keji itu dilakukan oleh ibu kandungnya. "Miris kalo baca berita seperti ini, kok tega ya ibu kandung sampe mutilasi anak sendiri. Sad," tulis Azhary Veeck dalam kolom pembaca di link berita terkait.
Pembaca yang lain menimpali. "Orang stress," ungkap Jimmy disambut Sidaryati. "Astagfirullah ini ibu sudah gila kali ya," tulisnya senada dengan pembaca berakun @gie. "Ibu ini harus dimasukkan ke RSJ, kalau normal ga mungkin tega mutilasi anaknya."
Serupa, akun @oncealifetime menilai, dalam keadaan normal, tidak akan ada seorang ibu yang tega menyakiti anaknya sendiri, apalagi yang masih berusia 1 tahun. Kemungkinan besar ibu ini menderita gangguan jiwa berat yang membuatnya tak sadar lagi apa yang sedang dilakukan. "Mungkinkah si ibu mengidap baby blues yang tidak terdeteksi?" sambut Hany Fauzia.
Sementara yang lainnya memilih mendoakan korban dan mensupport Deni. "Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun. Turut berduka cita Semoga Allah SWT memberikan ketabahan dan kekuatan buat abang Deni, yang kuat yang bang," tulis Adoen disambut Eva. "RIP Dek, semoga tenang disisi Tuhan YME."
Pembaca Romeo Saputra juga sama. "Turut berduka cita buat anak nya dan turut prihatin buat keluarga Pak Aipda ini," doanya diamini Latifah Rahma. "Sedih bangett. Semoga anak pertama tidak trauma."
Sedang yang lain memilih mengomentari kondisi kontrakan Aipda Deni yang menyedihkan. "Kasihan juga ya pak polisi. Rumahnya sederhana seperti itu, tertimpa musibah seperti ini lagi," tulis @katanka disambut Eka-prast. "Ini polisi rumahnya di kontrakan sempit, polisi baik dan jujur neh."
Pembaca Danis Hendrawan menyindir. "Melihat kondisi kontrakannya miris banget menghawatirkan. Ga kaya pimpinannya rumah di sana sini," ungkapnya ditambahkan Andri Teguh. "Penegak hukum kesejahteraan kurang."
Akun @novemberman curiga. "Berapa gaji Aipda Deni? Saya merasa ini ada hubungannya dengan masalah ekonomi yang menyebabkan depresi, pemerintah gagal memberikan kesejahteraan bagi warganya," tulisnya.
Psikolog Universitas Indonesia (UI) Farida Haryoko menilai, Iis diduga mengalami gangguan kejiwaan. Gangguan jiwa yang dimaksud bisa karena ada permasalahan atau adanya bisikan lain yang didengarnya.
Pemicu lainnya, lanjut Farida, pelaku kemungkinan punya persoalan pribadi dan memilih memendam masalah akhirnya dia tidak kuat bisa menyebabkan kondisi jiwanya terganggu. Bahkan dia pun menduga pelakunya memiliki gangguan jiwa akut. Sebab yang dilakukan sangat sadis.
"Kalau ini ada gangguan jiwa. Kalau orang normal tidak mungkin tega ya berbuat begitu. Ini sangat di luar batas normal," katanya.[rgu/rmol]
KOMENTAR ANDA