Presidium Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) mengingatkan bahwa Natuna di Kepulauan Riau merupakan wilayah sangat strategis baik secara ekonomi maupun kedaulatan bangsa karena terkait posisi situasi global dan regional Indonesia.
Hal itu disampaikan terkait penawaran pengelolaan potensi migas di Natuna pada Petronas Malaysia yang dilakukan Plt. Menteri ESDM Luhut Binsar Pandjaitan.
"Secara geopolitik Natuna merupakan hal penting karena berbatasan langsung dengan Laut China Selatan dan negara-negara tetangga. Maka sudah sepatutnya pengelolaan wilayah terluar termasuk Natuna baik secara sumber daya alam dan potensinya harus dikelola oleh negara," kata Ketua Presidium GMNI, Chrisman Damanik di Jakarta, Sabtu (2/9).
Menurut Chrisman, penawaran pengelolaan potensi migas yang diberikan pada Malaysia merupakan sebuah bentuk perampasan kedaulatan negara Indonesia karena secara geopolitik, geoekonomi, dan geo strategi wilayah Natuna merupakan wilayah pintu masuk awal teritori Indonesia.
Demikian pula dengan alasan ketidakkemampuan teknologi tentang pengelolaan gas Natuna yang diperkirakan mencapai 46 triliun kaki kubik yang akan diberikan ke Petronas Malaysia.
"Jangan jadikan alasan efesiensi pengolahan gas Natuna ini menjadikan Indonesia kembali terjajah. Kita harus ingat pesan Bung Karno yang mengatakan biarkan kekayaan alam kita tersimpan di perut bumi, hingga orang-orang Indonesia mampu mengolahnya sendiri. Adanya peristiwa ini menandakan pemerintahan Jokowi-JK makin jauh dari cita-cita Trisakti Bung Karno dan mengarah pada praktek-praktek neoliberalisme yang menyengsarakan rakyat. Sudah saatnya negara hadir dalam pengelolaan SDA alam kita," imbuhnya.
Pemerintah, sebelumnya menawarkan kepada Malaysia mengelola potensi migas di Natuna pada Petronas kemudian hasilnya dibagi rata. Plt Menteri ESDM Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kerjasama pengelolaan itu sudah membicarakan dengan pemerintah Malaysia. Dia berharap Petronas menggarap blok yang memiliki cadangan gas sangat besar itu bersama Pertamina.
Cadangan gas bumi di kawasan Natuna diperkirakan mencapai 46 triliun kaki kubik. Namun, pengembangannya butuh teknologi dan investasi yang tidak sedikit. Sebab, gas buminya mengandung 70 persen karbondioksida. Nah, dalam pembicaraan bilateral di Putrajaya, Malaysia, Petronas memiliki teknologi yang dibutuhkan menggarap Natuna.
Sebagai kompensasi masuknya Petronas ke Natuna, Pertamina akan dilibatkan dalam pengelolaan potensi migas di Malaysia. ’"Nanti dicarikan blok yang tepat,’" kata Luhut. Saat ini, konsesi Block East Natuna dimiliki konsorsium yang beranggotakan Pertamina, PTT Thailand, dan ExxonMobil. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA