post image
KOMENTAR
Mantan narapidana kasus terorisme, Khairul Ghazali (50) meminta agar seluruh pihak mewaspadai berbagai upaya terorisme yang berpotensi terjadi di Medan. Aksi teror yang dilakukan tersangka IAH (17) menurutnya menjadi salah satu indikasi bahwa potensi untuk merekrut individu untuk aksi radikan masih ditemukan di Medan.

"Masih banyak IAH-IAH lain yang siap menyusul untuk melakukan 'Amaliyat Jihad" yang lebih tepat disebut sebagai aksi teror yang sesungguhnya sangat memalukan dan mencemarkan nama Islam," kata Ghazali, Rabu (31/8).

Sosok yang kini sedang merancang pembangunan pesantren tersebut mengatakan sel-sel jihad di Medan sudah terjadi sejak lama. Hal ini ditandai dengan berbagai teror yang terjadi mulai dari 1976 yakni Komando Jihad, Pembajakan Garuda Woyla tahun 1981, bom di gereja tahun 2000, perampokan Lippo Bank tahun 2003, perampokan Bank Sumut (2009), Perampokan Bank CIMB Niaga tahun 2010) hingga penyerangan Polsek Hamparan Perak (2010) serta yang terakhir teror bom di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep.

Ghazali bahkan menceritakan pengalamannya yang pernah menjadi pelaku. Mantan terpidana perkara terorisme ini menyatakan dulu ratusan orang yang dia doktrin dengan paham radikal. Dalam mencari calon "pengantin" ia mengatakanlebih mudah mendoktrin anak-anak muda yang berasal dari sekolah umum.

"Mereka lebih labil dan lebih mudah dicuci otaknya, sehingga dibuat siap untuk mati, bukan untuk hidup," ungkapnya.

Ia berpendapan, IAH sudah mulai didoktrik sekitar 1 tahun saat ia masih duduk dibangku SMA. Kemudian berbaiat kepada pemimpin ISIS setelah tamat SMA dan mencoba beraksi.

"Mungkin ini menjadi kasus percobaan bom bunuh tidak pertama di Medan, namun tidak tertutup kemungkinan akan ada kejadian serupa di masa akan datang," demikian Ghazali.[rgu]

LPM dan FKM USU Gelar Edukasi Kesahatan dan Pemberian Paket Covid 19

Sebelumnya

Akhyar: Pagi Tadi Satu Orang Meninggal Lagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel