Gara-gara tergiur duit Rp 10 juta, Ivan Armadi Hasugian nekat melakukan aksi bom bunuh diri. Aksi itu gagal, pelaku yang masih belia ini malah babak belur dikeroyok massa.
Ivan melakukan aksinya Minggu (28/8) pagi di Gereja Katolik Stasi Santo Yoseph, Medan, Sumatera Utara. Di tengah misa pagi yang dipimpin Pastor Albert S Pandiangan, sekitar pukul 08.30 WIB, Ivan yang membawa ransel di punggungnya berdiri dari kursi jamaah. Tiba-tiba dari ransel itu keluar percikan api dan asap. Percikan api itu sempat membakar Ivan. Melihat itu, jamaah panik. Mereka kalang kabut, berhamburan. Di tengah kepanikan, Ivan berjalan ke arah mimbar menghampiri Albert. Tangannya menghunus pisau dapur.
Ivan langsung menyerang Albert. Tangan sang pastor terluka terkena sabetan pisau Ivan. Sebelum menyerang lagi, Ivan keburu dihentikan jamaah gereja. Ivan lantas jadi bulan-bulanan hingga babak belur. Personel Den Gegana Polri yang turun ke lokasi langsung melakukan sterilisasi di gereja itu. Kepada polisi, lelaki berusia 18 tahun ini mengaku hanya disuruh melakukan penyerangan itu.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Polisi Agus Rianto mengatakan, Ivan yang lahir di Medan, 22 Oktober 1998 itu dijanjikan uang Rp 10 juta oleh seseorang yang ditemuinya, Kamis (25/8). Orang itu menyuruhnya menyerang gereja. "Orang itu bilang, ‘kalau kamu mau uang, kamu lakukan ini. IAH menjawab, 'oke saya mau, saya akan lakukan'," kata Agus di Mabes Polri, kemarin. Uang Rp 10 juta belum diterima Ivan. Orang itu hanya memberi bahan pembuat bom, yakni black powder. "Black powder yang diberikan ke IAH sebagai material yamg nanti dicampur korek api sebagai amunisi atau mesiu dalam proses pembuatan bahan peledak yang akan digunakan nantinya," ungkap Agus.
Keesokan harinya, Ivan disuruh membeli korek api. Dia mulai merakit bom di rumahnya, Jalan Setia Budi Gang Sehati, Nomor 26. Ivan belajar dari internet. Setelah selesai, Ivan menguji coba sebuah bom di atas rumahnya, Sabtu (27/8). Bom itu meledak. Ledakan itu juga terdengar oleh kakaknya. Namun karena ledakannya hanya sebesar mercon, tak ada yang curiga. "Berbekal dari pengalaman hari Sabtu itu, Minggu pagi IAH melaksanakan niatnya sesuai apa yang diarahkan orang lain tersebut," ujar Agus. Kepolisian kini memburu orang yang menyuruh Ivan. "Orangnya ini yang kami cari. Kan bisa ada, bisa nggak," tutur Agus.
Menko Polhukam Wiranto menyebutkan, sejauh ini pelaku teror bom itu bukan merupakan anggota teroris jaringan internasional. Ivan, diduga hanya simpatisan ISIS karena di ranselnya ada tulisan "I Love Al Baghdadi". Abu Bakar Al Baghdadi adalah pimpinan kelompok radikal timur tengah itu.
"Sekarang sedang pendalaman terus menerus. Tapi hasil pendalaman sementara dia bukan masuk jaringan terorisme internasional," ujar Wiranto di sela acara peluncuran Indeks Kerawanan Pemilu Bawaslu RI di Hotel Arya Duta, kemarin.
Dia memastikan, dalam aksinya Minggu lalu, Ivan hanya sendirian. Dia membawa enam bom rakitan. Bom rakitan itu hanya berisi semen dan bubuk mesiu dengan korek api, sehingga hanya berdaya ledak rendah. Di dalam ransel pelaku juga ditemukan pisau, kampak, dan benda-benda tajam lainnya.
Wiranto mengatakan, Ivan belajar merakit bom secara otodidak dari internet dan kerap menghabiskan waktunya untuk main internet di warnet milik kakaknya. Dia mencari segala informasi terkait ISIS. "Sehari-hari dia aktif di warnet itu, belajar dan mencari informasi. Dia terinspirasi kelompok garis keras dari internet, lalu dia belajar mengemas bom dari internet," jelasnya.
Senada, Kepala BIN Sutiyoso menyebut Ivan adalah lone wolf, alias melakukan aksi terornya sendiri. Sebagai simpatisan ISIS, Ivan sepertinya mendengar seruan ISIS di Suriah yang mengubah strategi serangannya. "Jadi serangan terhadap teroris ini ISIS, mengubah strategi dan ada di Syria bahwa semua simpatisan diminta melakukan aksi di tempat masing-masing, negara masing-masing," papar eks gubernur DKI Jakarta ini.
Sutiyoso menolak BIN dikatakan kecolongan. Dia menegaskan, intelijen sudah memberitahukan tentang potensi ancaman bom yang berada di Medan. Warning itu, kata Sutiyoso, dikeluarkan sejak lama sebelum aksi tersebut terjadi.***
KOMENTAR ANDA