Di saat era kolonial Belanda, Kota Medan dirancang menjadi kota yang berbasis garden atau dapat dikatakan kota ramah lingkungan. Hal tersebut dibuktikan dengan indahnya tata ruang Kota Medan kala itu.
Namun setelah berpuluh-puluh tahun Indonesia Merdeka, Kota Medan berubah drastis, tidak lagi menjadi kota yang ramah lingkungan.
Ketidakramahan lingkungan di Kota Medan tersebut disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktornya adalah tata ruang yang sangat buruk.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh aktivis lingkungan yang juga berstatus sebagai Direktur Eksekutif Walhi Sumut, Dana Tarigan.
"Kawasan perkotaan juga tidak luput dari ancaman. Tata ruang yang buruk, pembangunan yang tidak berpihak kepada lingkungan hidup dan masyarakat adalah sekelumit masalah kaum urban," katanya kepada MedanBagus.com melalui pesan elektronik, Sabtu (27/8).
Lebih lanjut, Dana menjelaskan bahwa akar permasalahan dari kacaunya penataan ruang Kota Medan adalah hilangnya kontrol gerakan rakyat terhadap kebijakan pemerintah.
"Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi gerakan rakyat yang dahulu menjadi system pengontrol terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada masyarakat malah mengalami kemunduran," jelasnya.
Dana sangat menyayangkan fenomena tersebut, sebab gerakan koalisi masyarakat sipil pun sudah tidak mampu lagi melawan kebijakan pemerintah yang resistan terhadap kota ramah lingkungan.
"Jika dahulu people power menjadi senjata terhadap ketidak adilan, belakngan ini gerakan tersebut lesu dan nyaris hilang. Gerakan Koalisi masyarakat sipil kini tenggelam oleh pemberitaan tentang pencitraan pemerintah," pungkasnya.[sfj]
KOMENTAR ANDA