Jemaah haji Indonesia diminta untuk mengantisipasi potensi cuaca ektrem saat menjalani prosesi Armina (Arafah, Muzdalifah, dan Mina). Caranya adalah dengan mengurangi pergerakan, utamanya saat siang hari.
"Jamaah diharapkan di Arafah tetap tinggal di tendanya masing-masing. Jemaah tidak melaksanakan kegiatan di siang hari," pesan Kepala Bidang Perlindungan Jemaah yang juga Kepala Satuan Operasional Armina, Kolonel Jaetul Muchlis, Sabtu (27/8).
Sebelumnya, tim Satop Armina bersama Bidang Transportasi dan Muassasah telah melakukan survei pergerakan transportasi jemaah selama berada di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
"Adapun petugas, akan digelar melekat dengan jemaah di setiap Maktab untuk mengantisipasi bahaya kebakaran," tambahnya dilansir dari laman kemenag.go.id.
Saat di Muzdalifah, lanjut Jaetul Muchlis, pihak muassasah akan menyiapkan karpet dan oksigen yang disiapkan di sekitar toilet. Untuk mengurangi pergerakan jemaah juga, maka batu kerikil di Muzdalifah akan dikonsentarsikan mengelilingi toilet.
Bagaimana dengan Mina? Jaetul Muchlis meminta jemaah memperhatikan dua hal saat pergerakan di Mina, yaitu: rute perjaanan menuju jamarat dan jadwal keberangkatan menuju jamarat.
Terkait jadwal, jamaah Indonesia yang menempati tenda di Mina Jadid, pada tanggal 10 Dzulhijjah, diminta untuk tidak bergerak ke Jamarat setelah jam 12. Sebab, saat itu sedang berlangsung pergerakan jemaah dari Muzdalifah menuju Mina melalui jalur taraddudi (shuttle bus). "Mina Jadid sendiri menjadi perlintasan bus taraddudi sehingga ada potensi kerawanan jika jam 12 jemaah ikut geser dar mina jadid," ujarnya.
"Selain rawan, pergerakan jemaah dikhawatirkan akan menjadi kendala bagi bus taraddudi, sehingga terjadi kemacetan yang menguras banyak waktu untuk pergeseran jemaah dari Muzdalifah menuju Mina," tambah Jaetul Muchlis.
Sehubungan itu, waktu melontar jumrah bagi jemaah haji Indonesia yang menempati Mina Jadid adalah setelah dzuhur. Atau, bisa juga dini hari tanggal 10 Dzulhijjah sebelum memasuki waktu yang dilarang lontar jumrah pada hari itu, yaitu dari jam 6-10.30 WAS. "Yang paling aman setelah dzuhur. Jemaah dengan kondisi fisik kurang sehat, bisa istirahat dulu," kata Jaetul.
Terkait rute, Jaetul Muchlis mengatakan bahwa semua jemaah haji Indonesia akan diarahkan ke Mu'aishim menuju lantai tiga jamarat. Menurutnya, itu merupakan rute paling aman karena arah datang dan pulang terpisah.
"Di situ juga ada eskalator berjalan di dua terowongan. Juga tidak menantang matahari karena masuk terowongan. Ini paling sip untuk jemaah. Jadi ada dua hal di Mina yang harus diperhatikan jemaah, yaitu terkait waktu dan rute melontar. Kita akan segera sosialiasikan," tandasnya.[rgu/rmol]
KOMENTAR ANDA