post image
KOMENTAR
Ekonom senior, Rizal Ramli hari ini mengunjungi markas aktivis, Indemo di Jalan Lautze No 52, Jakarta Pusat. Kedatangan Rizal disambut aktivis senior, Hariman Siregar dan puluhan aktivis pergerakan lainnya.

Sekedar bersilaturahmi dan nostalagia, kata Rizal yang lantas membahas kondisi terkini Indonesia.

"Saya saat jadi Menko (Maritim), sadar dua pilihan. Salah satunya yakni nikmatin saja kekuasaan. Tapi kalau begitu apa gunanya Rizal Ramli disitu. Kalau kita mau terbang tinggi, potong beban-beban itu (primordial, KKN, feodalisme). Slogannya sudah ada yakni revolusi mental," tutur Rizal saat berdialog dengan para aktivis pergerakan.

Rizal menyebut jurus 'Rajawali Ngepret' andalannya termasuk revolusi mental.  Khususnya buat pejabat-pejabat yang melenceng.

"Ya kepret itu revolusi mental. Masa biarpun dalam kabinet kita puji-puji semua, mereka itu peng-peng. Mau nggak mau harus dikepret kalau revolusi mental," cetus Rizal.

Tak hanya persoalan transportasi barang di Pelabuhan Tanjung Priok, ia juga tak segan mengeluarkan jurus kepretnya dalam kasus Blok Masela dan proyek reklamasi pantai utara Jakarta.

Rizal mengaku selepas dari Kabinet Kerja pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, kini bisa lebih leluasa bergerak kembali ke dunia pergerakan.

"Kita semua orang pergerakan. Orang pergerakan panjang sejarahnya dalam negara Indonesia, bukan hanya sekedar aktivis," kata Rizal.

Rizal juga mengulas masa ketika dirinya aktif menentang rezim Orde Baru. Ketika itu, kekuasaan hanya ditujukan untuk memupuk uang dan kembali berkuasa.

"Itulah penyebab Indonesia tak pernah makmur selama ini. Kita kembalikan tradisi pergerakan, dimanapun kita berada ambil risiko," ujar Rizal.

Tahun 1987, ia bersama dua rekannya dari dunia seni, W.S Rendra dan Sumandjaya mendirikan gerakan antikebodohan dengan mengkampanyekan wajib belajar. Rizal juga mengaku sangat dekat dengan serikat pekerja membangun sistem keselamatan sosial pekerja.

Rizal pun berpesan, di manapun berada, baik di dalam atau di luar sistem, orang pergerakan harus tetap menyuarakan kebenaran.

"Di manapun kita berada,  di dalam atau di luar sistem, itu nggak penting. Yang penting adalah menyampaikan kebenaran," tutupnya.[rgu/rmol]

PHBS Sejak Dini, USU Berdayakan Siswa Bustan Tsamrotul Qolbis

Sebelumnya

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NELAYAN (KPPI) DALAM MENGATASI STUNTING DAN MODIFIKASI MAKANAN POMPOM BAKSO IKAN DAUN KELOR DI KELURAHAN BAGAN DELI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Peristiwa