post image
KOMENTAR
Dalam rangka Dies Natalies USU ke-64 dan Dies Natalies Fakultas Ilmu Budaya USU ke-51, Fakultas Ilmu Budaya USU bekerjasama dengan Memo Penyair Koordinator Medan akan menyelenggarakan kegiatan 'Kekerasan Dalam Dimensi Kebudayaan: Diskusi Publik dan Peluncuran Antologi Puisi 250 Penyair Nusantara "Memo Anti Terorisme" 2016'.

Kegiatan yang digagas oleh ratusan penyair dari berbagai penjuru Nusantara ini akan digelar pada Sabtu (20/8) di Gedung Serbaguna T. Amin Ridwan, FIB USU, Medan dan dimulai pada pukul 09.00 WIB.

Sekretaris panitia, dr. Restuti H. Saragih, SpPD, FINASIM mengatakan bahwa acara tersebut tidak hanya melibatkan penyair, namun juga melibatkan pejabat publik sipil, militer, dan kepolisian.

"Kegiatan ini bermula dari ratusan penyair di seluruh penjuru nusantara yang mengabdikan peran sosialnya dengan menerbitkan kumpulan 'Puisi Menolak KOrupsi: Ensiklopegila Koruptor!' dan 'Memo untuk Wakil Rakyat' pada tahun 2015 lalu. Acara ini tidak hanya melibatkan penyair. Pejabat publik sipil, militer, dan kepolisian juga dilibatkan," katanya, kamis (18/8).

Kemudian, ketua panitia, Zulkarnain Siregar, M. Psi menjelaskan dasar pemikiran terpilihnya kegiatan tersebut untuk memperingati Dies Natalis USU dan FIB USU. Menurutnya, sering terjadi praktik teror kekerasan yang terjadi di Kota Medan. Maka diharapkan momentum Dies Natalies USU dan FIB tersebut dapat merangsang terwujudnya kampanye positif tentang penolakan bahasa kekerasan.

"Di Kota Medan, khususnya, meski sulit menyatakannya sebagai bentuk terorisme dalam pengertian populer, sesungguhnya praktik teror kekerasan jamak terjadi di keseharian," ujarnya  

"Dari kegiatan ini diharapkan kampanye positif tentang penolakan bahasa kekerasan teror dapat terus menggema di seantero Nusantara dan di Kota Medan khususnya. Selain itu, transmisi kesadaran untuk mendekati persoalan sosial tidak semata dari perspektif formal-struktural, tetapi juga dari perspektif kebudayaan yang lebi luas," sambungnya.

Begitu juga dengan Restuti, ia berharap kegiatan tersebut dapat membumikan sastra ke semua kalangan masyarakat.

"Kami juga berharap agar sastra khususnya puisi dapat lebih membumi, dapat masuk ke semua kalangan masayarakat agar dapat dinikmati sekaligus sarana penyampai gagasan yang dapat menjaga kelangsungan peradaban manusia dalam harmoni dan perdamaian," demikian Restuti.[sfj]

FOSAD Nilai Sejumlah Buku Kurikulum Sastra Tak pantas Dibaca Siswa Sekolah

Sebelumnya

Cagar Budaya Berupa Bangunan Jadi Andalan Pariwisata Kota Medan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Budaya