Full Day School Belum Bisa Diterapkan di Indonesia

Full Day School adalah konsep sekolah dimana anak menetap di sekolah dari pagi hingga sore hari. Dalam pelaksanaannya, Full Day School tidak seluruhnya diisi dengan proses belajar-mengajar formal, melainkan juga diisi dengan kegiatan peminatan, keagamaan, dan bermain serta istirahat.

Hal tersebut diterangkan oleh Ketua Dewan Pendidikan Sumatera Utara, Syaiful Sagala saat dihubungi MedanBagus.com melalui telepon selular, Rabu (10/8).

"Idenya itu bagus. Kalau di luar negeri, sekolah full day berfasilitas lengkap dan ada ruang istirahat. Kemudian setelah itu ada kegiatan peminatan, misalnya siswa mau jadi atlit, seniman, atau lainnya," terangnya.

Namun melihat kondisi sekolah-sekolah yang ada di Indonesia, Syaiful menjelaskan bahwa tidak seluruhnya dapat diterapkan konsep full day.

"Melihat kondisi sekolah di Indonesia, tidak bisa 100 % diterapkan full day. Harusnya bapak menteri mengidentifikasi dulu sekolah mana yang bisa menggunakannya, siapkan juga perangkat pendukungnya. Kalau sudah dipenuhi pasti semua setuju. Agar sekolah dapat membangun karakter," jelasnya.

Sedangkan Kepala KPAID Sumut, Zahrin Piliang mengatakan, sistem pendidikan yang masih kacau membuat Full Day School belum bisa diterapkan di Indonesia.

"Sistem pendidikan kita masih asal, dunia pendidikan belum jadi prioritas untuk negara kita. Jadi full day school sekarang hanya bisa dilakukan oleh sekolah swasta, umunya berbasis agama dan biayanya mahal. Bisa gak pemerintah menyiadakan sarana prasarana yang mahal itu?", kata Zahrin.

Menurut Zahrin, jika Menteri Pendidikan ingin menerapkan Full Day School di Indonesia, harus dipastikan hal tersebut dapat melakukan perbaikan akhlak, karakter, dan moral.
 
"Full day school harus mendorong perbaikan akhlak, karakter, dan moral. Kalau lingkungan sekolah belum memenuhi syarat itu, jangan harap full day school bisa diterapkan," tandasnya.[sfj]