post image
KOMENTAR
Rizal Ramli (RR) merupakan lawan paling kuat menghadapi calon petahana, Ahok, dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang akan digelar pada Februari 2017. RR dan Ahok memiliki persamaan namun mereka memiliki konsep membangun Jakarta secara tajam jauh berbeda.

Demikian disampaikan Ketua Umum Jaringan Nasional Indonesia Baru (JNIB), Wignyo Prasetyo, dalam keterangan beberapa saat lalu (Selasa, 9/8).

Menurut Wignyo, Ahok membangun Jakarta dengan argumentasi pembenaran penegakkan hukum yang diikuti oleh represif dan dipenuhi dengan darah dan air mata masyarakat miskin. Sebaliknya, RR juga memiliki kemauan keras membangun Jakarta, namun dengan cara yang lebih santun. RR  menjadikan penegakkan hukum, tetapi tidak diikuti dengan darah dan air mata dan menolak menggunakan represif.

Wignyo memberi contoh dalam penggusuran di Kampung Aquarium Jakarta Utara, baru-baru ini dilakukan Ahok.  Berbeda dengan Ahok, kata Wignyo, RR membangun Jakarta mengubah warga dari tak berdaya menjadi berdaya secara bersama. Hal ini disampaikan RR ketika hadir dalam acara nonton bersama film dokumenter penggusuran masyarakat Jakarta di Kampung Aquarium minggu lalu.

Penggusuran kampung itu, kata Wignyo, RR lebih mengutamakan konsep penataan ruang kawasan tata ruang DKI Jakarta  membangun tanpa air mata dan darah, memperbaiki Kampung Aquarium, yang luas tanahnya sekitar empat hektar, dihuni sekitar 400 KK warga, satu hektar untuk warga dibangun untuk Rusun, satu hektar untuk ruang hijau umum , dan dua hektar untuk pengembang dalam bentuk HGB.

Lanjut Wignyo, satu hektar dibangun untuk Rusun disediakan gratis untuk warga tanpa membayar untuk cicilan rumah. Karena dengan menata ruang seluas 4 hektar di Kampung Aquarium itu, sebenarnya, menurut Wignyo, mengutif RR pemerintah memperoleh nilai sekitar satu triliun lebih. Pemerintah dapat membangunkan rusun warga dengan nilai kurang lebih 250 milyar, sisanya buat pemerintah DKI.

Konsep Ahok yang dijalankan sekarang, menggusur warga tanpa imbalan, dan mengganti Rusun yang dibayar Rp. 300 ribu per bulan, belum lagi dibebani biaya listrik, jarak jauh dari tempat mereka mencari nafkah, biaya lainnya. Cukup membebani masyarakat Kampung Aquarium,” tegas Wignyo

Ahok lebih berhitung keuntungan pada negara, Pemda DKI Jakarta, dan pengembang, maka  penilaian Wignyo RR menghitung, keuntungan pada Pemda DKI yang langsung diberikan kepada korban berupa kompensasi rumah, dan itulah tujuan negara hadir ketika rakyat susah. Ahok lebih membela pengusaha dalam pengadaan tanah murah dengan bekerja sama pada pengembang kotor, yang mampu melakukan suap.

Berbeda dengan RR. Kata Wignyo, hitungan Rizal tanah di Jakarta sekitar Rp.40 juta per meter di Jaksel, Jabar dan Japus, namun penggusuran warga bekerja-sama dengan pengembang, menjadikan harga tanah di Jakarta Utara paling murah, yakni Rp. 2,5 juta per meter.

"Konsep RR tidak seperti Ahok. RR memilih para pengembang baik. RR hanya mau bekerja sama dengan pengembang baik, dan mengabaikan pengembang jahat," demikian Wignyo.[rgu/rmol]

PHBS Sejak Dini, USU Berdayakan Siswa Bustan Tsamrotul Qolbis

Sebelumnya

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NELAYAN (KPPI) DALAM MENGATASI STUNTING DAN MODIFIKASI MAKANAN POMPOM BAKSO IKAN DAUN KELOR DI KELURAHAN BAGAN DELI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa