Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, kondisi cuaca yang makin kering telah menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah titik panas atau hotspot di beberapa wilayah Indonesia.
Menurut Kepala Pusat Data BNPB Sutopo Purwo Nugroho, paling tidak terdeteksi 232 titik panas (hotspot). 159 diantaranya berada pada tingkat kepercayaan sedang, sementara 73 hotspot pada tingkat kepercayaan tinggi.
"Tingkat kepercayaan sedang artinya berdasarkan suhu yang terekam di daratan ada potensi wilayah tersebut terbakar, sedangkan tingkat kepercayaan tinggi menunjukkan bahwa wilayah tersebut sedang terbakar," ujarnya di Jakarta, Selasa (9/8).
Dia menjelaskan, sebaran dari 159 hotspot dengan tingkat kepercayaan sedang terdapat di Bengkulu (5), Jambi (4), Jawa Barat (1). Kemudian Kalimantan Barat (7), Kalimantan Tengah (2), Kepulauan Bangka Belitung (27), Lampung (2), Aceh (2), NTT (3), Riau (27), Sulawesi Tengah (1), Sumatera Barat (12), Sumatera Selatan (39), dan Sumatera Utara (27).
Sedangkan sebaran 73 hotspot dengan tingkat kepercayaan tinggi terdapat di Jambi (2), Kepulauan Bangka Belitung (10), Riau (18), Sulawesi Selatan (2), Sumatera Barat (5), Sumatera Selatan (14), dan Sumatera Utara (22).
Selain berdasarkan pantauan satelit, patroli udara dan darat juga menunjukkan telah terjadi kebakaran hutan dan lahan di beberapa tempat dengan luas wilayah yang tidak terlalu besar. Baik itu di perkebunan, pekarangan dan hutan di daerah yang seringkali aksesnya sulit dijangkau.
Jumlah hotspot 232 sekarang jauh lebih sedikit dibandingkan periode yang sama 2015 lalu. Selama 1-7 Agustus 2015 jumlah hotspot di Indonesia mencapai 14.451 titik, namun pada periode 1-7 Agustus 2016 hanya ada 491 titik. Bahkan pada Agustus 2015 jumlahnya mencapai 14.451 titik.
"Penurunan jumlah hotspot disebabkan upaya pencegahan dan pemadaman karhutla yang lebih baik dibandingkan 2015. Upaya antisipasi dilakukan berbagai pihak dengan lebih baik," demikian Sutopo.[rgu]
KOMENTAR ANDA