Presiden Filipina, Rodrigo Duterte komitmen memberantas narkoba di negaranya. Pria berjulukan "The Punisher" ini langsung memimpin upaya pemberantasan barang terlarang itu. Aksinya membuat takut para pejabat. Sedikitnya, 58 pejabat pemerintahan dan kepolisian Filipina menyerahkan diri ke polisi setelah Duterte mengumumkan daftar nama-nama yang terlibat kejahatan narkoba.
Seperti dilansir Reuters, kemarin, sebanyak 27 walikota dan 31 pejabat kepolisian, termasuk seorang kolonel polisi dari berbagai wilayah di Filipina mendatangi markas kepolisian nasional di Manila.
Ke-58 orang itu takut diburu Duterte jika mereka tidak menyerahkan diri dalam waktu 1x24 jam. Beberapa pejabat lokal bahkan melapor ke kantor polisi di daerah masing-masing lebih awal, segera setelah Duterte mengungkap daftar itu.
Duterte membacakan daftar itu, Minggu (7/8). Dia mengungkap 160 nama penjabat yang dituding terlibat kejahatan narkoba. Pengungkapan nama-nama ini disebut sebagai kampanye 'nama dan malu'. Lebih dari 50 eks anggota dewan, walikota dan pejabat lokal lainnya. Dia meminta agar pengawalan keamanan terhadap mereka ditarik dan izin kepemilikan senjatanya dicabut. Mereka yang dituduh Duterte juga akan dijatuhi sanksi.
Disebutkan pula sekitar 100 nama polisi aktif dan nonaktif serta prajurit yang dituduh Duterte terlibat dalam peredaran narkoba di Filipina. Duterte dalam pidatonya, menyatakan mengenal secara pribadi beberapa orang dalam daftar tersebut, namun tetap menyebutkan nama mereka karena tugas.
"Begitu Anda mendengar nama Anda disebut di sini, Anda dibebaskan dari jabatan Anda sekarang. Melapor kepada PNP (Kepolisian Nasional Filipina) dalam waktu 24 jam atau saya akan memerintahkan seluruh pasukan bersenjata dan kepolisian untuk memburu Anda," tegas Duterte sebelum membacakan daftar nama itu seperti dilansir CNN.
Pengumuman ini bagian dari tekad Duterte dalam memberantas kejahatan akibat narkoba yang sudah mengakar kuat di Filipina. "Proses hukum tidak ada hubungannya dengan pernyataan saya. Tidak ada proses pemeriksaan di sini, tidak ada pengacara," tutur Duterte ketika mengumumkan 160 nama, di kota Davao. "Jika kalian menunjukkan sedikit saja perlawanan lewat aksi kekerasan, maka saya akan memerintahkan polisi, 'tembak mereka'," sebut Duterte lagi.
Lebih dari 800 tersangka kasus narkoba tewas dibunuh polisi atau warga sejak Duterte terpilih sebagai Presiden pada 9 Mei. Tekad Duterte memberantas tersangka narkoba lewat cara brutal dikritik sejumlah grup penegak hak asasi manusia. Duterte mempersilakan sejumlah grup HAM di luar sana untuk memprotes kebijakannya. "Saya tidak peduli," tegas dia.
Daftar berisi 160 nama itu merupakan hasil penyelidikan aparat penegak hukum di Filipina. Duterte menegaskan pembentukan daftar nama tidak dicampuri urusan politik atau pun personal, karena ada juga beberapa tertuduh yang merupakan sahabatnya. Dia mengaku "mungkin saja bisa salah" dalam menyebutkan satu per satu nama dalam daftar tersebut.
Juru bicara Duterte, Martin Andanar,mengatakan para tertuduh akan dijerat pasal kejahatan narkoba. "Presiden meminta semua orang yang dimaksud, tertuduh kasus narkoba untuk menyerah dan mengikuti proses investigasi menyeluruh," ungkap Andanar. Menurut dia, dalam waktu cepat pemerintah akan menindaklanjuti berkas perkara mereka.
Duterte memenangkan Pemilu lewat janjinya memerangi narkoba dan kejahatan lainnya secara tuntas, yang disebutnya dapat berujung pada kematian ribuan orang. Dia telah memerintahkan polisi tidak ragu-ragu menembak mati tersangka narkoba, bahkan juga mendorong warga untuk melakukan hal yang sama.
Dalam pernyataan terpisah, Kepala Kepolisian Filipina, Ronald Dela Rosa menegur para pejabat kepolisian yang namanya masuk dalam daftar yang diumumkan Duterte. Dela Rosa bahkan mengancam akan membunuh mereka yang namanya disebut Duterte, jika terus melindungi pengedar dan menjual narkoba yang disita.
"Saya marah atas apa yang sedang terjadi. Saya merasa malu. Kita seharusnya merupakan pihak yang menangkap orang-orang ini, tapi kita melindungi mereka. Saya akan membunuh Anda jika Anda tidak berubah," tegas Dela Rosa.
Ditambahkan juru bicara Kepolisian Nasional Filipina, Dionardo Carlos, para polisi yang terlibat kejahatan narkoba, akan dilucuti senjatanya. Mereka juga menjadi fokus penyelidikan dan terancam dijerat pidana maupun sanksi administratif, jika ada bukti kuat yang menunjukkan keterlibatan mereka.[rgu/rmol]
KOMENTAR ANDA