post image
KOMENTAR
Awal pekan kemarin, foto Anies Baswedan membonceng anaknya naik motor jadi viral di media sosial. Anies mengenakan helm biru dan berjaket hitam mengendarai kendaraan roda dua, mengantar putranya, Kaisar Hakam ke sekolah, di kawasan Cinere, Jakarta Selatan. Jarak rumah ke sekolah, sekitar 8 kilometer. Foto itu dijepret Senin, 1 Agustus 2016, lima hari setelah dia

Tentang pencopotannya, Anies tak segan berbagi cerita. Prosesnya, mirip dengan menteri lain yang diganti. Selasa (26/7), Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) itu dipanggil ke Istana dan ditemui Presiden di ruang kerjanya. Hanya lima menit. Ada ucapan terima kasih, lalu diberitahu posisinya akan diganti. Tidak ada penjelasan panjang lebar mengapa dan siapa penggantinya.

Di ruangan itu, kisah Anies, juga ada Wapres JK. Semuanya lima orang, termasuk dirinya. Anies merespons dengan me­nyebut, jabatan adalah kehor­matan, sekaligus penugasan yang dia sadari, sewaktu-waktu bisa lepas dari pundaknya. "Saya sampaikan apa yang jadi penugasan, saya tuntaskan. Kebetulan saya bawa report ta­hunan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)," ujarnya, seperti dikutip Kompas.com.

Pencopotan Anies terasa mengejutkan benak publik. Namanya tak pernah muncul dalam spekulasi reshuffle kabi­net yang ramai beredar beberapa hari sebelumnya. Di grup-grup WhatsApp, banyak yang mempertanyakan: Mengapa Anies diganti? Apa kesalahan­nya? Dan seterusnya. Bukankah, Anies sealmamater dengan Jokowi di UGM? Bukankah Anies termasuk dalam tim yang paling sibuk menggenjot Jokowi, saat masa-masa kampanye? Dan seterusnya.

Banyak yang menilai, peran Anies termasuk signifikan. Saat pilpres, Anies adalah juru bi­cara pasangan capres-cawapres Jokowi-JK, hingga berlanjut aktivitasnya di Kantor Transisi Jokowi-JK. Banyak analisis seliweran. Ada yang bilang, karena Anies tak membawa gerbong apa-apa sehingga bar­gain politiknya lemah. Ada juga yang menganggap, Anies terlalu fokus pada internal kemente­riannya, sampai-sampai lupa memberi tempat untuk memoles Presiden, melalui program-program kependidikan.

Tapi itulah politik. Di WhatsApp group Forum Pemred, sehari setelah re­shuffle, Karni Ilyas punya kesan khusus tentang Anies Baswedan. "Saya hanya sempat sekali memenuhi undangan Chief Anies. Undangan sebe­lumnya saya nggak datang karena saya pikir Chief Anies tidak akan banyak beda visi dan misinya dengan menteri-menteri pendidikan sebelumnya. Ternyata sekali saya da­tang, saya terkejut dengan konsep Chief Anies untuk mengangkat mutu dunia pendidikan kita yang terpuruk di dunia sekarang ini," ungkap Pemred TVOne itu.

"Dengan diagnosanya yang telaten, dia menemukan sum­ber penyakit adalah hilangnya integritas di dunia pendidikan. Juga di kalangan anak didik. Lebih celaka lagi, integritas itu sudah luntur dari bangku SD. Hebatnya, Chief Anies punya peta penyakit di seluruh seko­lah yang ada di seluruh negeri ini, termasuk di kampung saya. Sungguh sejak saat itu saya punya harapan besar Chief Anies akan berhasil memperbaiki mutu pendidikan dan sekaligus mutu bangsa ini ke depan," imbuh­nya.

"Pagi kemarin saya orang luar yang sangat kecewa, begitu tahu Chief Anies diganti Presiden. Saya, kecuali pertemuan sekali itu, tidak dekat dengan Chief Anies dan tidak kenal penggantinya. Hanya satu harapan saya, Menteri yang baru, mau rendah hati melanjutkan kon­sep Chief Anies. Demi mutu bangsa ini ke depan, baik mutu akademik maupun moral. Lebih tegas lagi agar tidak di semua profesi, bangsa ini dikenal cend­erung korup," lanjut Karni Ilyas panjang lebar.

Salah satu pemimpin media massa nasional, menulis di akun Facebook-nya. "Jadi menteri atau tidak, dia tetap kawan lama saya. Yang lebih mengkhawatirkan saya, sebagai orang tua murid: kurikulum bakal berganti lagi setelah reshuffle ini," tulisnya.

Saya tak mengenal Anies secara dekat. Saya hanya pernah bertemu dan berdis­kusi dengan mantan Rektor Universitas Paramadina itu dua kali. Pertemuan pertama, saat Anies mengunjungi dapur redaksi Rakyat Merdeka, ke­tika dia ikut Konvensi Capres Partai Demokrat. Saat itu, Anies yang dikenal dengan program Indonesia Mengajar itu, men­jelaskan kenapa dia akhirnya nyemplung ke dunia politik dan ikut Konvensi Capres Partai Demokrat.

"Saya mengajak orang baik dan tokoh muda untuk terjun langsung ke dunia politik. Tujuannya, untuk memperbaiki bangsa dan negara ini," katanya, menjawab pertanyaan seorang kawan di redaksi, mengapa dia tertarik terjun ke dunia politik yang didominasi politisi korup dan penuh intrik.

Pertemuan kedua saya den­gan Anies berlangsung saat dia masih aktif di Tim Transisi. Di mata saya kala itu, paparannya tentang program-program anda­lan yang akan diusung Jokowi di pemerintahan, amat bagus dan memberi energi baru. Anies juga pernah sekali menelepon saya, menyampaikan ucapan terima kasih untuk Rakyat Merdeka, karena merasa mendapat support di salah satu kegiatan­nya. Tutur bahasanya bagus. Khas Anies, dengan kekayaan vocabulary di kalimat-kalimat­nya. Kemampuannya berbahasa dan berbicara, mungkin menu­run dari kakeknya, Abdurrahman Baswedan. Seorang pejuang nasional, jurnalis sekaligus diplomat yang pernah jadi Wakil Menteri Penerangan di masa revolusi fisik.

Anies sendiri santai saja menerima keputusan pencopotan jabatannya sebagai Mendikbud. Malah, canda-canda di grup WhatsApp tentang pergantian, dia respons dengan tertawa. "Ini gara-gara saya imbau orangtua mengantar anaknya ke sekolah, tapi nggak imbau untuk men­jemputnya lagi. Ternyata sampai saya dicopot, anak-anak masih di sekolah, belum pulang-pulang," katanya, seperti dikutip Kompas.com.

Di Facebook-nya, ada 23 foto yang menggambarkan aktivitas Anies setelah dicopot dari kabinet. Saat-saat terakhir dia duduk di meja kerjanya, me­nandatangani surat pamitan, dan salam perpisahan di kan­tor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Foto-foto itu berbicara amat dalam. Anies berdiri di depan ratusan orang yang duduk melantai beralas sajadah masjid. Di ruangan yang penuh sesak itu, Anies dipeluk dan dirangkul, penuh keharuan. Banyak air mata bercucuran.

"Suatu perpisahan yang sangat humanis, mengajak keluarga ikut serta berhadapan dengan sebagian besar karyawan, sangat menyentuh Pak! Semoga Bapak diberikan yang lebih baik untuk berperan lebih maksimal da­lam memajukan pendidikan di Indonesia," tulis Ananda Setiyo Ivannanto.

Bukan hanya Anies yang hadir saat pamitan, tapi juga ibu dan keluarga. Istrinya, Fery Farhati Ganis, psikolog UGM dan Master dari Northern Illinois University, serta empat buah hatinya, yaitu Mutiara Annisa, Mikail Azizi, Kaisar Hakam dan Ismail Hakim, ikut men­dampingi.

"Nggak bosan-bosannya me­lihat foto ini, meski tak kuasa membendung air mata. Sampai jumpa di 2019," tulis Bangun Rahardjo, Facebooker lainnya. Video Anies saat perpisahan di YouTube juga ditonton ribuan orang.

"Tugas ini telah dicukup­kan. Hari ini saya mengakhiri masa tugas selama 20 bulan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mari kita teruskan ikhtiar mencerdaskan kehidupan bangsa ini," tulis Anies, di surat perpisahannya.

Begitulah ujung tugas Anies, di Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. Untuk pria kelahiran Jawa Barat, yang 7 Mei lalu baru berusia 47 tahun, tak penting, kita mengotak-atik hitungan politik, lalu terus bertanya mengapa dan kenapa Anies dicopot dari kabinet. Bagi saya, Anies tetaplah pemikir brilian di bidang pendidikan, aset Indonesia di masa depan. Politik memang seringkali sulit dipahami. Bagi orang-orang logis berakal, politik kerap tak rasional.

Di atas sepeda motor, senyum guru besar Anies belum pudar dan terus mengembang. Sisa pengabdiannya masih panjang. Selamat berjuang dan melanjut­kan karya yang lebih hebat. Ratna Susilowati (Habis)

LPM dan FKM USU Gelar Edukasi Kesahatan dan Pemberian Paket Covid 19

Sebelumnya

Akhyar: Pagi Tadi Satu Orang Meninggal Lagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel