Wakil Bupati Karo, Corry Sebayang menyambut dengan antusias pengajuan ulos menjadi warisan budaya dunia yang diakui dunia sebagai kekayaan karya cipta dari Sumatera Utara, Indonesia. Dimana, dalam rangkaian upaya pengusulan tersebut, panitia yang diketuai Enni Martalena Pasaribu SH, akan mengadakan seminar tentang ulos pada tanggal 24 Agustus 2016 dan sejumlah kegiatan hingga pada puncak acara peringatan hari ulos yang kedua 17 Oktober mendatang.
Corry bahkan menyambut baik dan menjamu panitia saat datang ber-audiensi ke kantornya, Rabu (3/8). Ia mengatakan akan turut bangga ketika benda-benda yang bernilai budaya yang berasal dari Sumut bisa memberikan dampak pertumbuhan ekonomi bagi pengrajinnya.
Sebab, ulos yang dimaksud dalam konteks ini adalah falsafah yang terkandung dalam ulos itu sendiri. Termasuk uis bagi masyarakat Karo dan sebutan lain pada puak-puak yang ada di Sumut.
"Ini merupakan langkah dan upaya yang baik khususnya saya lihat semangat panitia yang penuh dedikasi," ujarnya sembari mengharapkan semua pihak turut mendukung kegiatan ini, dan membuang ego pribadi atau sektoral. Bahkan menurutnya, jika masih ada yang ingin memberikan perhatian terhadap gerakan yang sama agar menyatukan gerakan dan irama sehingga apa yang dicita-citakan dapat terwujud demi kepentingan bersama.
Dilanjutkan Corry, kegiatan yang akan diselenggarakan pada Oktober mendatang, Karo akan turut menampilkan uis karo dan makanan khas daerah tersebut dalam pameran yang aoan dilaksanakan panitia.
Sebelumnya, Ketua Panitia Enni Martalena Pasaribu yang didampingi Sekretaris Umum, Inong Hanna Simbolon ST, MM, Sekretaris 1, Ir. Susilo Karunianingsih Bendahara 1, Royana Marpaung SE dan yang lainnya menyampaikan bahwa yang menjadi dasar pelaksanaan peringatan hari ulos pertama di Medan pada 17 Oktober 2015 adalah penetapan Ulos menjadi warisan budaya tak benda nasional oleh kementerian Kebudayaan RI pada 17 Oktober 2014.
"Waktu itu kita lakukan perayaan secara sederhana. Dan setelah kita duduk bersama dengan rekan-rekan yang memiliki pandangan yang sama terhadap perlunya menyambut atau menyahuti penetapan tersebut, perlu juga pemerintah menetapkan 17 Oktober itu sebagai hari ulos," katanya.
Untuk itulah, demi menghasilkan kajian akademik untuk pengusulan penetapan hari ulos. Maka akan digelar seminar tentang ulos di Medan 24 Agustus 2016 dengan menghadirkan pembicara yang berkompeten di bidangnya seperti Prof Robert Sibarani. Juga lewat seminar nantinya akan dirumuskan langkah-langkah konkrit pengusulan ulos ke UNESCO.
Setelah pelaksanaan seminar, panitia akan melaksanakan sejumlah kegiatan pada Oktober 2016 yaitu pameran dan lomba fasfhion etnik dan akan mengisi stand pameran menampilkan tenun khas daerah di Sumut.
Enni mengharapkan dukungan dari pemerintah daerah khususnya kabupaten seperti Kabupaten Karo. Yang juga memiliki kekayaan budaya yang tentunya memiliki nilai yang luar biasa namun nyaris terlupakan akibat modernisasi dan globalisasi. Dengan adanya dukungan dari pemerintah daerah, panitia akan semakin optimis bahwa nilai-nilai budaya yang ada di daerah bisa dilestarikan.[rgu]
KOMENTAR ANDA