Masalah toleransi beragama masih menjadi sorotan tersendiri. Pasalnya masih ada standar ganda di kalangan masyarakat.
"Kalau yang intoleran datang dari mayoritas Muslim dengan cepat publik merespon dan mengasumsikan bahwa seolah-olah kaum muslim kurang toleran" kata Wakil Ketua Umum Persatuan Islam (Persis) Ustadz Jeje Jainudin kepada Rakyat Merdeka Online (Rabu 3/8).
Namun di sisi lain, sambungnya, bila sikap inteoleran datang dari kaum minoritas respon justru melemah dan muncul asumsi bahwa seolah-olah itu adalah kesalahan muslim.
"Double standar seperti inilah yang harus dilakukan. Karena hal ini membuka peluang untuk memunculkan asumsi bahwa walaupun sudah toleran muslim selalu dicitrakan negatif" sambungnya.
Jeje menambahkan bahwa masalah toleransi seharusnya tidak dilihat dari akibat yang terjadi tapi juga dari penyebab mengapa hal itu bisa terjadi.
"Sikap pemerintah harusnya bisa adil dan seimbang terkait masalah toleransi ini" sambungnya.
Namun demikian ia menekankan bahwa masalah toleransi di Indonesia bisa dikatakan kecil dan tidak meluas.
"Saya sepakat masih ada kasus intoleransi di beberapa daeah di Indonsia. Tapi itu dalam jumlah yang kecil bila dibandingkan dengan luasnya Indonesia," tegasnya. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA