Ketua Presidium Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Chrisman Damanik mengingatkan setiap elemen masyarakat dapat menjaga pesatuan, kesatuan serta toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Masyarakat pun diimbau mengedepankan musyawarah, tidak larut dalam isu yang memecah belah melalui media sosial.
"Kita serahkan semua pada aparat hukum, tokoh masyarakat dan agama supaya konflik dan segala permasalahan diselesaikan dengan baik. GMNI akan mendukung dan mengawal peran penegak hukum, tokoh-tokoh agama dan masyarakat menyelesaikan permasalahan ini. Jangan sampai ada dampak dari situasi yang terjadi ini," kata Chrisman di Jakarta, Senin (1/8)
Menurut dia, kerusuhan di Tanjung Balai, Sumatera Utara beberapa waktu lalu yang dipicu isu suku, agama, ras, dan antar golongan (Sara) terjadi karena kesalahpahaman di media sosial, dan berdampak munculnya konflik.
"Karena itu, penggunaan media sosial oleh masyarakat seharusnya sama-sama menjaga rasa persatuan dan kesatuan berbangsa, bukan menyebarkan berita yang memancing permasalahan sosial. Semua permasalahan bisa diselesaikan dengan musyawarah mufakat," terang Chrisman.
Lebih lanjut, Chrisman mengatakan bahwa bangsa dan negara Indonesia membutuhkan sikap gotong royong dan kerukunan antar seluruh umat dan masyarakat. Apalagi, saat ini Indonesia masih berusaha keluar dari berbagai keterpurukan.
"Masyarakat jangan mudah terprovokasi isu-isu yang memecah belah persatuan dan kesatuan Indonesia yang membuat kita mundur ke belakang dari peradaban. Masih banyak tugas sebagai masyarakat menyelesaikan problem bangsa hari ini," pungkasnya.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebutkan kerusuhan yang berujung pengrusakan sejumlah rumah ibadah di Tanjung Balai pada Jumat lalu (29/7) akibat provokasi tersebar secara viral di media sosial. Menurutnya, saat itu perselisihan yang terjadi sedang diselesaikan antar warga. Namun karena perdebatan terus terjadi, warga membawa masalah ke polsek sekitar. Saat di polsek itu, beredar pesan di media sosial bernada provokatif yang memicu emosi warga sehingga terjadi tindakan pengrusakan. Kemudian warga ramai secara sporadis melakukan aksi kekerasan terhadap kendaraan, vihara dan klenteng. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA