post image
KOMENTAR
Polisi Republik Indonesia (Polri) dan Badan Narkotika Nasional (BNN) diminta tidak menganggap angin lalu pengakuan gembong narkoba, Freddy Budiman, sekali pun sudah dieksekusi mati oleh regu tembak baru-baru ini.

"Pengakuan Freddy kepada Harris Azhar (KontraS) semestinya ditelusuri oleh pihak Polri dan juga BNN," tegas Ketua Setara Institute, Hendardi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (31/7).

Setara Institute pun menyayangkan keterlambatan pihak Istana dalam merespon pengakuan Freddy. Padahal apa yang dibeberkan Freddy menurut Hendardi adalah kebenaran.

Namun kebenaran itu jelasnya tidak bisa dikonfirmasi langsung oleh pihak istana karena Freddy buru-buru dieksekusi mati.

Mengapa Istana terlambat? Menurut dugaan Hendardi, keterlambatan itu hambatan komunikasi, atau bisa juga terjadi karena Istana tidak menganggap relevan untuk direspon.

"Tapi, betapapun hanya berdasar pada pengakuan Haris, presiden harusnya memberi perhatian lebih pada pengakuan itu.  Karena hal tersebut menyangkut kemungkinan praktek kotor institusi negara dalam bisnis narkoba dan hukuman mati di balik upaya menutupi praktek busuk keterlibatan penegak hukum," demikian Hendardi.[rgu/rmol]

Menghilangnya Karakter Kebangsaan pada Generasi Z

Sebelumnya

Hilangnya Jati Diri Seorang Siswa

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Opini