Direktur SabangMerauke Institute Abdullah Rasyid menyayangkan kerusuhan di Tanjung Balai pada Jumat malam yang mengakibatkan sejumlah vihara terbakar dan properti warga rusak berat.
"Sangat disesalkan peristiwa itu terjadi. Ternyata konflik SARA terjadi dan melededak selama ini seperti api dalam sekam," terangnya kepada MedanBagus.Com, Minggu (31/7).
Menurut Bang Rasyid yang juga Setnas BoemiPoetera, konflik seperti ini terjadi sering bukan karna kebencian tapi karena ketidakadilan dimana penguasaan ekonomi oleh etnis tertentu. "Sudah terlalu lama kaoem Boemi Poetera diperlakukan tidak pantas di negara Indonesia yang direbut dengan cucuran keringat, air mata, bahkan darah para Syuhada pendiri bangsa ini.
Ketidakadilan itu pula, menurut Bang Rasyid telah berlangsung lama dan mendapat dukungan oleh pejabat yang bermental korup, sehingga arogansi berlebihan dari kelompok masyarakat tertentu menambah kesenjangan komunikasi diantara warga.
"Sebenarnya ini menjadi tugas negara untuk mensejahterakan rakyat, mempersempit kesenjangan ekonomi dan menjamin semua warga negara agar mendapat penghasilan melalui pekerjaan yang layak.
"Jadi jika kita ingin menghilangkan konflik SARA ini, syarat utamanya harus ditegakkan keadilan, baik keadilan ekonomi juga keadilan politik. Negara harus memberi ruang Boemi Poetera untuk berusaha, bukan justru menggusur dan menghilangkan mata pencarian mereka. Jika tercipta keadilan pada kehidupan rakyat, maka rasa saling menghormati yang selama ini ada pada bangsa ini semakin mudah dirajut kembali," demikian bang Rasyid. [hta]
KOMENTAR ANDA