Terkait kerusuhan berbau SARA yang terjadi di Tanjung Balai, Asahan, Sumatera Utara, Jumat (29/7) malam, lembaga Indonesia Police Watch (IPW) angkat bicara. Melalui ketua presidium, IPW menekankan, kerusuhan tersebut harus segera diredam dan dikendalikan Polri agar tidak terjadi kerusuhan yang lebih meluas.
"Kerusuhan berbau SARA di Tanjung Balai, Asahan, Sumatera Utara harus segera diantisipasi dan dikendalikan Polri. Jika tidak, dikhawatirkan kerusuhan ini akan meluas, mengingat kawasan pantai timur Sumatera Utara itu sangat rentan dengan amuk massa dan konflik SARA," kata S Pane, Ketua Presidium IPW dalam siaran pers yang resmi dikeluarkan oleh IPW, Sabtu (30/7).
IPW menilai, kerusuhan tersebut dapat terjadi sebab Polres Tanjung Balai kurang sigap melihat situasi psikologis massa saat itu.
"Kerusuhan ini dengan cepat meluas karena Polres Tanjung Balai kurang tanggap dengan situasi psikologis masyarakat setempat. Akibatnya amuk massa ini sempat membakar sejumlah bangunan, sepeda motor, dan mobil," ujar S Pane.
Walau begitu, IPW juga memberikan apresiasinya pada pihak kepolisian yang dapat segera mengendalikan keadaan sesaat setelah kerusuhan terjadi.
"IPW mengapresiasi jajaran kepolisian yang bisa dengan cepat mengendalikan amuk massa, walau massa sempat merusak sejumlah viara dan klenteng di kota itu," ucapnya.
Dengan adanya kerusahan berbau Sara di Tanjung Balai, IPW mengingatkan Polri untuk menunjuk Kapolda dan Kapolres yang dapat memahami dan peduli dengan kondisi psikologis massa.
"Belajar dari kasus amuk SARA di Tanjung Balai sudah saatnya Mabes Polri dalam menunjuk kapolda dan kapolres harus memilih figur-figur yang peduli dengan kondisi psikologis massa. Sehingga mereka mampu membuat pemetaan tentang psikologis masyarakat dan memetakan daerah rawan kriminal maupun rawan konflik SARA," demikian S Pane.[sfj]
KOMENTAR ANDA