MBC. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengecam para pemimpin dunia Barat karena tidak menunjukkan solidaritas terhadap negaranya yang telah mengalami percobaan kudeta.
Belakangan ini negara-negara demokrasi maju di Barat malah mengkhawatirkan nasib para oposisi di Turki setelah "pembersihan" besar-besaran yang dilakukan rezim Erdogan sebagai dalih untuk menjaga keamanan dan stabilitas negara setelah diterpa kudeta yang gagal.
Ia menyatakan, negara-negara yang lebih khawatir terhadap nasib para pelaku kudeta daripada nasib demokrasi di Turki tidak pantas menjadi sahabat dari Turki.
Hal itu dikatakan Erdogan saat berpidato di Istana Presiden di Ankara, Jumat waktu setempat.
Erdogan mengatakan para pemimpin Barat yang mengkritik reaksi pemerintah Turki atas upaya kudeta 15 Juli lebih baik memikirkan urusan mereka sendiri.
"Ketika lima sampai sepuluh orang meninggal dunia dalam serangan teror, Anda (negara-negara Barat) membuat dunia terbakar," katanya.
"Tapi bila ada upaya kudeta terhadap presiden Republik Turki, yang selalu melindungi sistem parlementer yang demokratis dan yang terpilih dengan 52 persen suara, bukannya berpihak pada pemerintah, Anda berpihak pada pelaku," lanjut Erdogan, kami kutip dari Al Jazeera.
Setelah kudeta yang gagal dua pekan lampau, pemerintah Turki sampai kini tercatat telah memecat atau menskors sekitar 50.000 orang dari lembaga-lembaga keamanan maupun lembaga yudikatif.
Lebih dari 18.000 orang, termasuk tentara, hakim, jaksa dan pekerja layanan sipil, telah ditahan. Beberapa media massa juga telah ditutup paksa.
Penangkapan dan penahanan yang begitu cepat dalam waktu satu-dua minggu terakhir membuat para sekutu Turki di Eropa dan Amerika Serikat khawatir. Beberapa dari mereka menilai Turki sedang menjalankan praktik pemerintahan yang otoriter. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA